Kesenjangan ini paling terlihat selama masa-masa penting seperti melahirkan, di mana perempuan usia 25–34 tahun memiliki risiko 25 persen lebih besar untuk hidup di rumah tangga yang sangat miskin dibandingkan laki-laki seusianya.
Situasi ini semakin diperparah oleh konflik dan dampak perubahan iklim, yang menambah ketidaksetaraan.
Perempuan yang tinggal di wilayah dengan kondisi rapuh, seperti konflik wilayah atau terdampak bencana alam, memiliki peluang hingga 7,7 kali lipat lebih besar untuk hidup dalam kemiskinan ekstrem dibandingkan mereka yang tinggal di wilayah yang lebih stabil.
Risiko ini menunjukkan adanya kerentanan spesifik gender yang sering kali diabaikan dalam kebijakan perlindungan sosial.
Minimnya Respons Kebijakan yang Sensitif Gender
Laporan ini juga menggarisbawahi rendahnya perhatian terhadap perempuan dalam kebijakan perlindungan sosial global.
Dari hampir 1.000 langkah perlindungan sosial yang diterapkan di 171 negara sejak inflasi tinggi pada tahun 2022, hanya 18 persen yang secara langsung menargetkan keamanan ekonomi perempuan.
Meski situasi global masih memprihatinkan, beberapa negara menunjukkan kemajuan dengan kebijakan perlindungan sosial yang responsif gender.
Baca Juga: Jumlah Sarjana Perempuan Kini Lebih Unggul Dibandingkan Laki-Laki