Stigma sering kali muncul akibat persepsi negatif masyarakat yang menganggap HIV/AIDS terkait dengan perilaku tidak bermoral, seperti hubungan seks berganti-ganti pasangan atau penggunaan narkoba suntik.
Hal ini berdampak pada diskriminasi di berbagai tingkat: keluarga, lingkungan sosial, hingga layanan kesehatan.
Lebih lanjut, Alimatul Qibtiyah, Komisioner Komnas Perempuan, menyoroti bahwa perempuan dengan HIV/AIDS menghadapi diskriminasi ganda.
"Perempuan mengalami stigmatisasi dari keluarga, teman, dan bahkan tenaga medis yang seharusnya memberikan perawatan dan dukungan yang pada akhirnya dapat menghalangi akses mereka ke perawatan medis yang memadai, dukungan sosial, dan pekerjaan," papar Alimatul.
Kerentanan Perempuan dengan HIV/AIDS
Data menunjukkan perempuan dengan HIV/AIDS memiliki kerentanan berlapis.
UNAIDS tahun 2019 melaporkan bahwa perempuan korban kekerasan 1,5 kali lebih rentan tertular HIV dari pasangannya.
Selain itu, National Plan of Action (NACA) mencatat perempuan dengan HIV/AIDS 4 kali lebih rentan mengalami kekerasan seksual dan 6 kali lebih rentan mengalami kekerasan fisik saat hamil.
Catatan Tahunan Komnas Perempuan (2023) juga menunjukkan bahwa perempuan menikah dengan HIV lebih banyak menjadi korban kekerasan (32 orang), dibandingkan yang belum menikah (22 orang) atau cerai (8 orang).