Namun, perjuangan ini memakan biaya yang sangat besar, ia menghabiskan total hingga Rp460 juta, tetapi hasil yang diharapkan tetap tidak tercapai dan tak bisa kembali seperti semula.
Perjalanan ini menjadi pengingat akan risiko besar yang mengintai di balik upaya mengejar kecantikan instan melalui prosedur kosmetik yang tidak aman.
Fenomena seperti ini bukanlah kasus tunggal. Banyak perempuan yang merasa tertekan oleh standar kecantikan yang tidak realistis memilih langkah-langkah ekstrem.
Termasuk menjalani prosedur kosmetik di klinik yang tidak terverifikasi.
Dari suntikan filler ilegal hingga operasi di tangan dokter tanpa lisensi, banyak yang akhirnya menghadapi komplikasi medis serius, bahkan kehilangan nyawa.
Kawan Puan, kisah Yulia dan kasus serupa lainnya menyoroti pentingnya memahami risiko di balik obsesi terhadap kecantikan.
Tren ini tidak hanya berdampak pada fisik, tetapi juga pada kesehatan mental kita.
Perempuan kerap merasa tidak cukup baik atau harus memenuhi ekspektasi sosial tentang kecantikan, yang justru dapat menghancurkan rasa percaya diri mereka.
Padahal, kecantikan sejati tidak memerlukan pengorbanan sebesar itu.
Baca Juga: Hal Penting yang Harus Diperhatikan Sebelum Memilih Klinik Kecantikan
Kecantikan yang hakiki adalah bagaimana kita mencintai diri sendiri, menerima keunikan yang dimiliki, dan merawat tubuh dengan cara yang aman.
Kawan Puan, sejatinya kecantikan adalah tentang bagaimana kita merasa nyaman menjadi diri sendiri, apa adanya.
(*)
Ken Devina