Baca Juga: 5 Hal yang Bisa Dilakukan Nasabah jika Bank Terkena Ransomware seperti BSI
Sebagai contoh, serangan siber yang berhasil menargetkan vendor perangkat lunak dapat mengakibatkan gangguan transaksi, kompromi data keuangan, dan ketidakstabilan finansial secara luas.
Efek dari satu pelanggaran dapat menyebar melalui rantai pasokan, memengaruhi institusi keuangan dan pelanggan mereka.
3. Peluang untuk Mengeksploitasi Kesalahan Manusia
Menurut studi IBM atau International Business Machines Corporation, 95 persen pelanggaran keamanan siber disebabkan oleh kesalahan manusia.
Salah satu contohnya adalah kasus penipuan "Jamtara" di India, di mana sekelompok penjahat siber menyamar sebagai petugas layanan pelanggan dari bank ternama.
Mereka berhasil menipu korban untuk memberikan informasi pribadi dan keuangan, sehingga menyebabkan kerugian lebih dari 100.000 poundsterling atau setara Rp2,04 miliar.
Kesalahan manusia lainnya termasuk praktik umum penggunaan ulang nama pengguna dan kata sandi di berbagai platform.
Studi oleh SpyCloud pada tahun 2021 menemukan bahwa 70 persen pengguna yang terdampak pelanggaran data menggunakan kembali kata sandi mereka.
Perilaku ini memudahkan penjahat siber untuk mendapatkan akses tidak sah ke akun dan data keuangan sensitif.
Setelah berhasil masuk ke infrastruktur perbankan, pelaku dapat melakukan aktivitas berbahaya, seperti pencurian dana, transaksi tanpa izin, pencurian identitas, atau bahkan merusak sistem perbankan secara keseluruhan.
Maka itu, perbankan perlu memperkuat sistem keamanan digitalnya untuk mendapatkan kepercayaan nasabah.
Baca Juga: Tips Jaga Keamanan Bank agar Kasus Ransomware seperti BSI Tidak Terulang
(*)