Parapuan.co - Kesehatan mental ibu hamil menjadi salah satu topik penting yang mesti diperhatikan, baik dalam dunia medis maupun masyarakat awam.
Melansir Smithsonian Magazine, hingga beberapa tahun terakhir, kesehatan mental sebenarnya bukanlah bagian utama dari perawatan prenatal.
Bahkan, kehamilan pernah dianggap melindungi perempuan dari depresi dan gangguan mental lainnya.
Namun, kini kesehatan mental selama kehamilan atau disebut depresi perinatal (periode waktu yang mencakup masa kehamilan dan satu tahun setelah melahirkan) diakui sebagai masalah serius.
Depresi perinatal meliputi kondisi yang muncul selama kehamilan hingga beberapa bulan setelah melahirkan.
Dampak Kesehatan Mental Ibu terhadap Bayi
Penelitian menunjukkan bahwa gangguan kesehatan mental seperti stres, kecemasan, dan depresi adalah komplikasi paling umum selama kehamilan.
Sekitar satu dari lima perempuan di dunia mengalami depresi perinatal.
Bahkan, di Amerika Serikat, hampir seperempat kematian terkait kehamilan disebabkan oleh kondisi kesehatan mental, meskipun 80 persen diantaranya sebenarnya bisa dicegah.
Baca Juga: Pentingnya Dukungan Kesehatan Mental Ibu Sebelum dan Sesudah Melahirkan
Yang mengejutkan, kondisi mental ibu tidak hanya memengaruhi dirinya sendiri, tetapi juga bayi dalam kandungannya.
Katherine Wisner, ahli kesehatan mental perinatal di Developing Brain Institute, menyatakan, “Depresi, stres, atau kecemasan selama kehamilan memiliki efek negatif pada janin, otak, dan mungkin pada keseluruhan lingkungan epigenetik janin."
Studi menunjukkan bahwa stres berlebih dapat memengaruhi perkembangan otak janin, mengakibatkan masalah kognitif, perilaku, dan pembelajaran jangka panjang pada anak.
Bahkan, bayi dari ibu yang mengalami stres berat selama kehamilan lebih berisiko mengalami gangguan perkembangan seperti autisme atau masalah mental lainnya.
Nutrisi, Stres, dan Perkembangan Janin
Penelitian oleh Robert Freedman menemukan hubungan antara tingkat stres ibu hamil dengan kadar kolin, nutrisi penting untuk perkembangan otak janin.
Ibu yang mengalami stres tinggi cenderung memiliki kadar kolin lebih rendah, yang berdampak pada kemungkinan kelahiran prematur dan gangguan perkembangan otak bayi.
Solusi sederhana yang ditemukan adalah pemberian suplemen kolin. Dalam sebuah studi, ibu yang mengonsumsi kolin melahirkan bayi tepat waktu, dan anak-anak mereka memiliki lebih sedikit masalah perilaku di kemudian hari.
Pentingnya Dukungan Kesehatan Mental
Baca Juga: 5 Cara Menjaga Kesehatan Mental Ibu Menyusui agar ASI Tetap Lancar
Meski kesehatan mental ibu hamil semakin diperhatikan, akses terhadap layanan ini masih terbatas.
Nancy Byatt, seorang psikiater perinatal, mengatakan bahwa hanya 25 persen perempuan yang terdiagnosis depresi selama kehamilan mendapatkan perawatan awal.
Hal ini diperparah dengan kurangnya akses ke layanan kesehatan mental di banyak wilayah.
Program seperti Massachusetts Child Psychiatry Access Program (MCPAP) for Moms telah membantu meningkatkan akses perawatan kesehatan mental dengan menyediakan pelatihan untuk tenaga medis dan konsultasi bagi pasien.
Sejak diluncurkan pada 2014, program serupa kini tersedia di 30 negara bagian Amerika Serikat.
Solusi untuk Masa Depan
Langkah-langkah seperti terapi, pemeriksaan kesehatan mental universal, dan akses terhadap suplemen seperti kolin adalah upaya nyata untuk mengurangi dampak stres pada ibu dan bayi.
Sebagaimana kata Katherine Wisner, “Anak-anak dari orang tua yang sangat stres memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami tanda-tanda awal gangguan perkembangan."
Dengan semakin banyaknya bantuan yang tersedia, ibu hamil kini memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan, sekaligus mempersiapkan masa depan yang lebih sehat bagi anak-anak mereka.
Kesehatan mental ibu hamil bukan hanya soal ibu, tetapi juga tentang masa depan generasi berikutnya.
Baca Juga: Waspada 3 Masalah Kesehatan Mental yang Paling Sering Dialami Ibu
(*)