Parapuan.co - Kawan Puan, bahasa adalah cerminan budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
Dalam konteks Indonesia, istilah "perempuan" dan "wanita" sering digunakan untuk menyebut kaum hawa.
Namun, rupanya pemilihan istilah ini memiliki dampak yang lebih mendalam dari sekadar kebiasaan berbahasa.
Perdebatan mengenai penggunaan kata "perempuan" versus "wanita" tidak hanya berakar pada persoalan linguistik, tetapi juga menyentuh aspek pemberdayaan dan kesetaraan gender.
Asal-Usul Kata "Perempuan" dan "Wanita"
Mengutip Kompas.com, Guru Besar Etnolinguistik Bidang Onomastik Universitas Sebelas Maret (UNS), Sahid Teguh Widodo, menjelaskan asal-usul kata "perempuan" dan "wanita".
Bahwanya berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "wanita" berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu "vanita".
Kata ini merupakan gabungan dari van, yang berarti "ingin", dan ita, yang berarti "yang di". Dengan demikian, "vanita" memiliki arti "yang diinginkan".
Seiring waktu, "vanita" diserap ke dalam bahasa Jawa kuno, kemudian digunakan dalam bahasa Jawa modern, hingga akhirnya menjadi "wanita" dalam bahasa Indonesia.
Baca Juga: Mompetition, Mengapa Ibu Saling Berkompetisi untuk Urusan Parenting?
Namun, dalam budaya Jawa, kata "wanita" mengalami pergeseran makna. Istilah ini dianggap sebagai akronim dari "wani ditata", yang berarti "berani diatur".
Interpretasi ini memunculkan konotasi bahwa wanita diharapkan tunduk dan patuh terhadap aturan atau kontrol dari pihak lain.
Di sisi lain, kata "perempuan" berasal dari bahasa Melayu dan tidak memiliki konotasi yang membatasi atau mengatur.
Istilah ini dianggap lebih netral dan cenderung menghormati martabat individu tanpa memberikan kesan subordinasi.
Oleh karena itu, penggunaan kata "perempuan" kerap dianggap lebih sesuai dalam konteks pemberdayaan dan kesetaraan gender.
Implikasi Penggunaan Istilah "Wanita" dan "Perempuan"
Pemilihan kata dalam komunikasi sehari-hari tidak hanya mencerminkan pandangan masyarakat terhadap gender, tetapi juga memengaruhi cara individu memandang dirinya sendiri.
Berikut ini sejumlah alasan mengapa kata "perempuan" lebih dianjurkan untuk digunakan:
1. Mendorong Kesetaraan Gender
Baca Juga: Agen Pembangun Generasi, Ini Alasan Kepemimpinan Perempuan Dibutuhkan
Kata "perempuan" tidak membawa konotasi subordinasi atau kontrol, sehingga lebih mendukung narasi kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.
2. Menghormati Martabat Individu
Dengan menggunakan istilah yang lebih netral, masyarakat menunjukkan penghormatan terhadap peran perempuan sebagai individu yang mandiri dan berdaya.
3. Menghapus Stereotip
Kata "wanita" yang diartikan sebagai "wani ditata" dapat memperkuat stereotip bahwa perempuan harus tunduk pada aturan tertentu.
Stereotip ini dapat menghambat upaya pemberdayaan perempuan di berbagai bidang.
Peran Bahasa dalam Pemberdayaan Perempuan
Bahasa memainkan peran penting dalam membentuk pola pikir dan nilai-nilai masyarakat.
Dengan memilih kata "perempuan", kita turut mendorong perubahan sosial yang lebih inklusif dan setara.
Baca Juga: Pemberdayaan Perempuan Jadi Langkah Strategis Menuju Indonesia Emas 2045
Hal ini tidak hanya penting untuk meningkatkan kesadaran gender, tetapi juga menciptakan ruang yang lebih adil bagi perempuan untuk berkembang.
Selain itu, pemilihan kata yang tepat dapat membantu mengubah cara pandang masyarakat terhadap perempuan.
Dengan menghentikan penggunaan istilah yang berkonotasi subordinasi, kita mendukung terciptanya lingkungan yang lebih mendukung pemberdayaan perempuan di berbagai aspek kehidupan, baik itu dalam keluarga, tempat kerja, maupun masyarakat luas.
Jadi, penggunaan kata "perempuan" dibandingkan "wanita" bukan sekadar perdebatan linguistik.
Mengganti istilah "wanita" dengan "perempuan" secara konsisten melainkan cerminan komitmen untuk mendukung kesetaraan dan pemberdayaan.
Dalam era modern yang semakin mengedepankan inklusivitas dan keadilan, pilihan kata ini dapat menjadi langkah kecil namun signifikan dalam menciptakan perubahan besar.
Dengan menghormati martabat perempuan melalui bahasa, kita turut membangun masyarakat yang lebih setara dan adil bagi semua.
Kawan Puan, yuk mulai sekarang prioritaskan penggunaan istilah perempuan alih-alih wanita.
Baca Juga: Seberapa Jauh Seorang Perempuan Bisa Mandiri? Ini Jawabannya!
(*)