Parapuan.co - Kawan Puan, sudah tahukah kamu kalau ada fenomena Barbie Syndrome di Amerika?
Barbie Syndrome adalah fenomena sosial yang mencerminkan bagaimana masyarakat memperlakukan individu yang dianggap terlalu cantik, terlalu sukses, atau terlalu populer.
Istilah ini menggambarkan bagaimana seseorang berhenti dipandang sebagai manusia oleh orang lain dan mulai diperlakukan seperti objek, layaknya boneka Barbie.
Penulis Ossiana Tepfenhart dalam sebuah opini seperti dikutip dari Your Tango menjelaskan, "Kita sering dianggap seperti tumpukan boneka Barbie dan Ken."
"Baik karena penampilan, pekerjaan, ketenaran, atau kekayaan, kita diharapkan untuk terus tersenyum, apapun yang terjadi pada kita — atau siapapun yang menyakiti kita," imbuhny.
Barbie: Simbol Keindahan yang Tak Tersentuh
Boneka Barbie sering kali menjadi representasi masyarakat terhadap kecantikan sempurna.
Namun, bagaimana anak-anak memperlakukan boneka ini, berbeda dengan cara mereka memperlakukan mainan lainnya.
Mereka sering merusak, mencoret-coret, bahkan "memutilasi" Barbie, yang tetap tersenyum tanpa ekspresi kesakitan.
Baca Juga: Ada di Film Barbie, Ini Berbagai Profesi Perempuan yang Diwakili Boneka Barbie
Sebaliknya, mainan seperti boneka beruang atau hewan berbulu sering diperlakukan dengan penuh kasih sayang, bahkan dijaga bertahun-tahun.
Ossiana Tepfenhart kemudian mempertanyakan, "Apa yang akan terjadi jika anak-anak melihat Barbie menangis? Apakah mereka masih akan merusaknya?"
Beban Menjadi "Terlalu Cantik"
Dalam kehidupan kencan, individu dengan "Barbie Syndrome" sering kali dianggap memiliki kehidupan percintaan yang mudah.
Namun kenyataannya, mereka kerap dicurigai atau diperlakukan dengan buruk.
"Kami sering dituduh dangkal, bahkan saat kami hanya menjalani hidup kami," ungkap Ossiana Tepfenhart berdasarkan pengalaman pribadinya.
Britney Spears: Ikon Era "Barbie Syndrome"
Britney Spears adalah contoh ikonik dari fenomena ini, terutama pada era 2000-an.
Hidupnya dipenuhi tekanan sebagai selebriti yang dianggap terlalu feminin, terlalu sukses, namun tetap tidak cukup baik di mata masyarakat.
Baca Juga: Belajar dari Barbie, Ini Lowongan Kerja Maskulin yang Bisa Dilakukan Perempuan
Dari perselingkuhan hingga keguguran paksa, Britney Spears menghadapi penderitaan pribadi yang luar biasa, namun tetap diharapkan untuk terus tersenyum.
Paparazzi dan media bahkan merayakan kehancurannya. Ossiana Tepfenhart berkomentar, "Kita sebagai masyarakat berharap dia terus tersenyum meski menghadapi semua itu."
Barbie Syndrome Lebih dari Sekadar Masalah Perempuan
Fenomena ini juga mencerminkan bagaimana masyarakat memperlakukan individu berdasarkan persepsi mereka.
Dari Paris Hilton hingga Britney Spears, mereka semua dihakimi berdasarkan standar yang tidak realistis, sering kali tanpa memperhatikan cerita mereka yang sebenarnya.
Seperti yang disampaikan Ossiana Tepfenhart, "Fenomena ini mengajarkan kita bahwa masyarakat tidak selalu berempati terhadap orang yang dianggap 'beruntung' atau 'terlalu sempurna'."
Barbie Syndrome menjadi refleksi bagaimana kesempurnaan yang terlihat di luar sering kali menyembunyikan luka yang mendalam di dalam.
Dengan mengenali fenomena ini, kita dapat mulai menghargai manusia di balik penampilan mereka dan menciptakan masyarakat yang lebih berempati.
Baca Juga: Standar Kecantikan pada Anak: Munculnya Pikiran Negatif tentang Penampilan Sejak Dini
(*)