Tren Fashion 2025: Menuju Keberlanjutan di Tengah Tantangan Global

Arintha Widya - Kamis, 2 Januari 2025
Tantangan tren fashion 2025 menuju keberlanjutan.
Tantangan tren fashion 2025 menuju keberlanjutan. BlackSalmon

Parapuan.co - Industri fashion terus bergerak maju dengan berbagai tantangan dan prioritas baru, khususnya dalam hal keberlanjutan.

Laporan yang dirangkum Forbes menunjukkan bahwa beberapa merek dan perusahaan telah membuat langkah positif.

Meski demikian, laporan tersebut menyebut masih banyak yang perlu dilakukan untuk menjadikan keberlanjutan sebagai inti dari praktik bisnis fashion tahun 2025.

Prioritas Keberlanjutan Fashion di 2025

Menurut laporan "State of Fashion 2025" dari Business of Fashion dan McKinsey, hanya 18 persen eksekutif fashion yang menganggap keberlanjutan sebagai salah satu dari tiga risiko utama untuk pertumbuhan di 2025.

Jumlah ini menurun dibandingkan 29 persen pada 2024, menunjukkan adanya penurunan fokus pada isu fesyen berkelanjutan.

Rachel Arthur, seorang penulis dan sustainability strategist, menjelaskan, "Meskipun ada beberapa inisiatif positif, konsumsi terus meningkat akibat model bisnis industri saat ini."

Rachel Arthur menyoroti pentingnya transparansi, terutama dalam hal produksi.

"Fashion Revolution mencatat bahwa 89 persen dari 250 pemain pasar terbesar tidak mengungkapkan jumlah pakaian yang mereka produksi setiap tahun," ungkapnya.

Baca Juga: Tren Fashion Berkelanjutan, Salah Satunya Menggunakan Serat Tencel

"Kebijakan wajib tentang pengungkapan ini harus diintegrasikan untuk menciptakan perubahan nyata," tambah Rachel.

Perubahan Sistem dan Narasi Pertumbuhan

Laporan dari Textile Exchange menyebutkan bahwa produksi serat global meningkat sebesar 7 persen dari 2022 hingga 2023, dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 160 juta ton pada 2030 jika tidak ada perubahan signifikan.

Rachel Arthur menegaskan, "Kita perlu memikirkan kembali definisi pertumbuhan dan menghilangkan stigma terhadap istilah seperti degrowth di dalam industri."

Fokus pada Rantai Pasok yang Adil

Perubahan menuju keberlanjutan juga memerlukan perhatian pada keadilan sosial dalam rantai pasok.

Dr. Hakan Karaosman dari Cardiff University menyebutkan bahwa banyak pemasok merasa tertekan oleh regulasi baru dan tekanan pasar.

"Saya mengundang merek untuk lebih relasional dan kurang transaksional di tahun 2025," kata Dr. Hakan Karaosman.

Ia juga menekankan pentingnya menciptakan hubungan berbasis rasa hormat dan kepercayaan dengan pemasok.

Baca Juga: Mudah dan Murah! Ini 4 Langkah untuk Mendukung Fesyen Berkelanjutan

Merek yang Menjadi Contoh

Kathleen Talbot, Chief Sustainability Officer dari Reformation, berbagi bagaimana perusahaannya tetap fokus pada misi keberlanjutan meskipun menghadapi tantangan global.

"Reformation bertujuan menjadi perusahaan yang positif terhadap iklim pada 2025," tutur Kathleen Talbot.

Merek ini juga terus memprioritaskan inovasi material dan advokasi kebijakan yang mendukung keberlanjutan.

Secara keseluruhan, industri fashion menghadapi dilema besar: terus meningkatkan konsumsi atau mengambil langkah berani menuju keberlanjutan.

Dengan regulasi yang semakin ketat dan kesadaran konsumen yang meningkat, 2025 akan menjadi tahun penting untuk menilai sejauh mana fashion dapat memenuhi tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan masyarakat.

"Jangan jadikan keberlanjutan sebagai alat akuntansi," ujar Hakan Karaosman. "Tindakan nyata akan membawa kesejahteraan sosial, kesadaran ekologis, dan keuntungan finansial."

Industri fashion memiliki kesempatan untuk memimpin perubahan global, tetapi ini membutuhkan keberanian, kolaborasi, dan komitmen dari semua pihak yang terlibat.

Baca Juga: Apa Itu Ethical Slow Fashion, yang Bisa Ciptakan Dunia Mode Lebih Berkelanjutan?

(*)

Sumber: Forbes
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Media Perlu Mengubah Cara Menyampaikan Berita Kekerasan Terhadap Perempuan