Dalam situasi di mana keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar, orang tua memilih untuk menjual anaknya.
Ketika melakukan praktik ini, orang tua beranggapan jika si anak bisa mendapatkan hidup yang lebih baik jika 'diadopsi' oleh orang lain.
Dari kasus inilah kita seharusnya sadar bahwa memiliki anak dibutuhkan bukan hanya kesiapan fisik, tapi juga finansial hingga mental.
Maka seharusnya, kita tidak hanya asal memiliki anak, tapi juga perlu memastikan kesejahteraan buah hati terjamin di masa depan. Karena jika tidak, masa depan anak akan terancam.
Di sisi lain, bisa juga orang tua pelaku human trafficking tidak mengetahui bahwa praktik penjualan anak ini merupakan sebuah pelanggaran hak asasi manusia.
Bukan hanya persoalan ekonomi, praktik human trafficking juga bisa dipicu karena lemahnya kebijakan dan hukum.
Lemahnya penegakan hukum terkait perdagangan manusia - terutama anak-anak - serta minimnya dukungan untuk korban, membuat masalah ini semakin sulit diatasi.
Kasus Human Trafficking Sulit Diberantas
Soeprapto menjelaskan bahwa kasus perdagangan bayi merupakan masalah yang kompleks.
Baca Juga: Cerita Penyintas Human Trafficking Soal Sisi Gelap Proses Perekrutan Buruh Migran
Diperlukan upaya yang kuat dalam memberantas kejahatan tersebut.
Pemberantasan sindikat penjualan bayi ini memerlukan pendekatan yang holistik, melibatkan hukum, edukasi masyarakat, serta peningkatan pengawasan sosial dan digital.
"Pengawasan sosial perlu diperkuat di mana masyarakat harus lebih peka terhadap kehamilan di lingkungan sekitar mereka dan melaporkan jika ada tanda-tanda mencurigakan" jelasnya.
(*)