Parapuan.co - Belakangan viral di media sosial seorang perempuan menjadi korban catcalling di tempat umum
Dalam sebuah video yang beredar di medsos, tampak seorang perempuan dan juru parkir terlibat adu mulut.
Peristiwa ini sendiri terjadi pada 3 Januari 2025 di Jalan Tanjung Duren Raya, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Diketahui, adu mulut ini terjadi ketika juru parkir melakukan pelecehan verbal dengan melakukan catcalling pada sang perempuan.
Karena merasa kesal, perempuan dalam video dengan berani melawan pelaku catcalling.
Sejauh ini, kasus catcalling tersebut berakhir damai. Meski begitu, korban setidaknya memiliki keberanian untuk melawan dan memberikan efek jera.
Berkaca dari kejadian tersebut, apa yang dilakukan perempuan ini patut diacungi jempil dan ditiru.
Mengingat, masih banyak orang-orang yang menganggap catcalling sebagai bahan candaan.
Padahal kenyataannya catcalling merupakan bentuk pelecehan seksual yang masih menempatkan perempuan menjadi korban utamanya.
Baca Juga: Tips Melawan Pelaku Catcalling Belajar dari Video Viral Perempuan Tegur Juru Parkir
Kawan Puan, catcalling adalah pelecehan seksual yang seringkali terjadi di ruang publik atau tempat umum.
Ada ragam bentuk catcalling seperti memberikan komentar seksual, siulan, hingga gerakan provoaktif.
Ketika catcalling terjadi, pelaku mungkin bertujuan untuk bercanda, menarik perhatian si perempuan, atau malah merendahkannya.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh UN Women tahun 2021, hampir 97 persen perempuan berusia 18-24 tahun pernah mengalami pelecehan seksual.
Sementara itu, sebanyak 70 persen menyebut jika mereka mengalami pelecehan di ruang publik, termasuk catcalling.
Menurut laman Inspired The Mind, dalam beberapa kasus pelecehan verbal, pakaian atau penampilan korban kerap menjadi alasannya.
Padahal sebenarnya, pandangan semacam itu adalah hal yang salah.
Pada kasus catcalling yang mayoritas korbannya adalah perempuan, mereka dipandang sebagai objek seksual, meski berpakaian tertutup sekalipun.
Baca Juga: Pekerja Perempuan Rentan Alami Perlakuan Tidak Menyenangkan, Catcalling hingga Potong Gaji
Mirisnya, tubuh perempuan kerap dipandang sebagai objek yang membuat laki-laki merasa tergoda.
Padahal, pelecehan verbal cat calling ini terjadi lantaran pikiran kotor sang pelaku atau catcaller.
Bisa diartikan bahwa catcalling sebenarnya terjadi bukan karena penampilan atau pakaian yang digunakan korban.
Melainkan memang kultur si pelaku pelecehan yang memandang perempuan sebagai objek seksual.
Walaupun catcalling termasuk pelecehan seksual, sangat disayangkan aturan hukum kasus ini masih cukup lemah.
Bukan hanya itu, anggapan bahwa catcalling sebagai candaan atau pujian juga membuat bentuk pelecehan seksual ini menjadi samar.
Oleh karena itu, ketika perempuan yang mengalami catcalling di ruang publik, penting untuk memberikan perlawanan pada pelaku.
Apalagi kejadian ini bukan hanya membuatmu tidak nyaman tapi juga berdampak pada kesehatan mental.
Ingat bahwa, apapun bentuk pelecehan seksual baik verbal, fisik, maupun digital perlu dilawan dan memberikan hukuman untuk pelaku.
Baca Juga: Pelari Perempuan Rentan Alami Catcalling, Ini Cara Ulfa Silviana Menghadapinya
(*)