Baca Juga: Lebih dari Separuh Pekerja Khawatir Kehilangan Pekerjaan karena Teknologi AI
Kendati angka ini lebih rendah dibandingkan puncak pandemi sebesar 57 persen, tetap ada kebutuhan mendesak bagi para pekerja untuk meningkatkan keterampilan mereka di bidang AI, big data, dan pengembangan perangkat lunak.
Spesialis IT dalam robotika, sistem otonom, serta teknologi energi terbarukan diprediksi akan menjadi profesi yang sangat dibutuhkan.
Laporan ini juga mencatat bahwa separuh dari para pengusaha berencana mengubah arah bisnis mereka untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan AI, sementara dua pertiga dari mereka berencana merekrut tenaga kerja dengan keahlian khusus di bidang AI.
Tantangan Ekonomi dan Tekanan Pasar Kerja
Selain disrupsi teknologi, faktor ekonomi turut memberikan tekanan pada pasar kerja global.
Kenaikan biaya hidup diperkirakan akan menghilangkan sekitar 1,6 juta pekerjaan, meski banyak di antaranya diyakini dapat digantikan dengan peran baru.
Selain itu, pembatasan perdagangan dan tantangan ekonomi global akan semakin memengaruhi dinamika pasar tenaga kerja.
Secara keseluruhan, laporan ini memberikan gambaran jelas bahwa dunia kerja pada 2030 akan sangat berbeda dengan saat ini.
Dengan adanya keseimbangan antara pekerjaan yang hilang dan yang diciptakan, pertumbuhan bersih sebanyak 78 juta pekerjaan menegaskan bahwa kemampuan untuk beradaptasi akan menjadi kunci sukses bagi tenaga kerja maupun industri di masa mendatang.
Baca Juga: Terjadi Kesenjangan Gender Pengangguran, Perempuan Karier Tertinggal di Pasar Kerja?
(*)