Parapuan.co - Kecerdasan buatan (AI) memang dapat membantu mempermudah pekerjaan manusia, tetapi juga bisa mengancamnya.
Laporan Future of Jobs 2025 yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF) memperkirakan bahwa 22 persen dari pekerjaan saat ini akan menghadapi gangguan—beberapa akan hilang, sementara yang lain akan muncul sebagai jenis pekerjaan baru.
Secara keseluruhan, diperkirakan akan terjadi pertumbuhan bersih sebanyak 78 juta pekerjaan, hasil dari penciptaan 170 juta pekerjaan baru dan penghapusan 92 juta pekerjaan yang ada.
Untuk informasi lengkap mengenai bagaimana AI membentuk kembali dunia kerja di masa mendatang, simak uraian yang dirangkum dari Business Today berikut ini!
Pekerjaan yang Rentan terhadap Disrupsi AI
Seiring dengan pesatnya perkembangan AI, beberapa peran kerja dinilai sangat rentan tergantikan.
Posisi seperti kasir, petugas tiket, asisten administrasi, pegawai pos, teller bank, dan operator entri data diprediksi mengalami penurunan signifikan akibat otomatisasi dan teknologi digital.
Tugas-tugas manual yang menjadi inti pekerjaan ini kini dapat dilakukan oleh AI, robotik, dan sistem layanan mandiri.
Namun, ada juga sektor yang diprediksi akan tumbuh pesat. Pekerjaan yang memerlukan pengawasan manusia dan keahlian langsung, seperti layanan pengantaran, konstruksi, pertanian, dan pengolahan makanan, akan terus meningkat.
Baca Juga: Ini Jenis Lowongan Kerja Gaji Tinggi yang Tidak Bisa Digantikan AI
Hal ini karena profesi-profesi tersebut membutuhkan kreativitas, pemecahan masalah, dan kemampuan beradaptasi yang sulit ditiru oleh mesin.
Sektor yang Tetap Membutuhkan Sentuhan Manusia
Di tengah ancaman otomatisasi, sektor perawatan diproyeksikan tetap stabil dan bahkan tumbuh.
Profesi seperti perawat, konselor, guru, dan pekerja sosial masih akan tetap relevan karena membutuhkan empati, keterampilan interpersonal, serta penilaian manusia yang tidak dapat digantikan oleh AI.
Meskipun penggunaan AI dalam mendukung kesehatan mental mulai meningkat, para ahli kesehatan mengingatkan bahwa AI tidak dapat menggantikan pemahaman mendalam dari seorang terapis nyata.
Oleh karena itu, hubungan manusia tetap menjadi elemen kunci dalam profesi-profesi ini.
Adaptasi Keterampilan Menjadi Kunci Keberhasilan
Dalam menghadapi perubahan besar ini, adaptasi keterampilan akan menjadi faktor penentu keberhasilan tenaga kerja di masa depan.
Menurut laporan WEF, sebanyak 39 persen dari keterampilan yang ada saat ini diperkirakan akan usang pada tahun 2030.
Baca Juga: Lebih dari Separuh Pekerja Khawatir Kehilangan Pekerjaan karena Teknologi AI
Kendati angka ini lebih rendah dibandingkan puncak pandemi sebesar 57 persen, tetap ada kebutuhan mendesak bagi para pekerja untuk meningkatkan keterampilan mereka di bidang AI, big data, dan pengembangan perangkat lunak.
Spesialis IT dalam robotika, sistem otonom, serta teknologi energi terbarukan diprediksi akan menjadi profesi yang sangat dibutuhkan.
Laporan ini juga mencatat bahwa separuh dari para pengusaha berencana mengubah arah bisnis mereka untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan AI, sementara dua pertiga dari mereka berencana merekrut tenaga kerja dengan keahlian khusus di bidang AI.
Tantangan Ekonomi dan Tekanan Pasar Kerja
Selain disrupsi teknologi, faktor ekonomi turut memberikan tekanan pada pasar kerja global.
Kenaikan biaya hidup diperkirakan akan menghilangkan sekitar 1,6 juta pekerjaan, meski banyak di antaranya diyakini dapat digantikan dengan peran baru.
Selain itu, pembatasan perdagangan dan tantangan ekonomi global akan semakin memengaruhi dinamika pasar tenaga kerja.
Secara keseluruhan, laporan ini memberikan gambaran jelas bahwa dunia kerja pada 2030 akan sangat berbeda dengan saat ini.
Dengan adanya keseimbangan antara pekerjaan yang hilang dan yang diciptakan, pertumbuhan bersih sebanyak 78 juta pekerjaan menegaskan bahwa kemampuan untuk beradaptasi akan menjadi kunci sukses bagi tenaga kerja maupun industri di masa mendatang.
Baca Juga: Terjadi Kesenjangan Gender Pengangguran, Perempuan Karier Tertinggal di Pasar Kerja?
(*)