Baca Juga: Jangan Diam! Ini Bantuan untuk Perempuan Disabilitas yang Alami Kekerasan Seksual
Namun, seorang petugas polisi menunjukkan tanda lahir di pipinya yang membuatnya yakin bahwa perempuan dalam foto itu adalah dirinya.
"Aku tahu dia membiusku, mungkin untuk melakukan pelecehan seksual. Tetapi aku tidak memiliki bukti," imbuhnya yakin.
Caroline percaya bahwa ada banyak korban lainnya yang mengalami hal serupa tetapi tidak mendapatkan keadilan karena kurangnya bukti.
Perjuangan Melawan Kekerasan Seksual dan Chemical Submission
Setelah kasus ayahnya terungkap, Caroline menulis sebuah buku berjudul "I'll Never Call Him Dad Again" yang menggambarkan trauma keluarganya dan membahas lebih dalam tentang chemical submission—kekerasan seksual yang dilakukan dengan menggunakan obat-obatan.
Ia menyoroti bahwa obat-obatan yang digunakan pelaku sering kali berasal dari lemari obat keluarga, seperti obat penghilang rasa sakit dan obat penenang.
"Hampir setengah dari korban chemical submission mengenal pelaku mereka. Bahaya ini datang dari orang terdekat," jelas Caroline.
Ia juga mengungkapkan bahwa ibunya sempat kesulitan menerima kemungkinan bahwa Dominique mungkin juga telah melecehkan putrinya sendiri. "Bagi seorang ibu, sulit menerima semuanya sekaligus," tambahnya.
Meski trauma berat menghantui, Gisèle memutuskan untuk membuka jalannya persidangan kepada publik dan media guna mengekspos kekejaman yang dialaminya.
Baca Juga: Memahami Pentingnya Persetujuan Seksual dari Kasus Pemerkosaan Viral Gisele Pelicot
Caroline mendukung keputusan ibunya. "Kami tahu apa yang kami alami sangat mengerikan, tetapi kami harus melewatinya dengan martabat dan kekuatan," tegas Caroline.
Membangun Kembali Kehidupan
Kini, Caroline menghadapi kenyataan bahwa ia adalah putri dari seorang pelaku kekerasan seksual dan seorang korban.
"Saat aku mengenang masa lalu, aku tidak bisa lagi mengingat Dominique sebagai seorang ayah. Aku hanya melihatnya sebagai seorang kriminal seksual," tuturnya.
Meski demikian, Caroline menegaskan bahwa ia berbeda dengan ayahnya. "Aku memiliki DNA-nya, tetapi perjuanganku untuk para korban yang tidak terlihat adalah caraku menciptakan jarak nyata dengannya. Aku benar-benar berbeda dari Dominique."
"Dia tahu persis apa yang dia lakukan, dan dia bukan orang yang sakit. Dia adalah pria yang berbahaya. Tidak ada alasan baginya untuk keluar dari penjara. Tidak ada jalan keluar baginya,” tegasnya.
Hingga saat ini, Dominique Pelicot yang berusia 72 tahun diperkirakan tidak akan pernah lagi bertemu keluarganya.
Sementara itu, Gisèle mulai pulih meskipun kelelahan akibat panjangnya proses persidangan. "Ia dalam keadaan baik dan sedang memulihkan diri," kata Caroline.
Caroline Darian kini fokus meningkatkan kesadaran tentang chemical submission dan mengedukasi anak-anak mengenai kekerasan seksual.
Peristiwa yang dimulai pada malam di bulan November itu telah membentuk siapa dirinya saat ini. Dengan penuh tekad, Caroline berusaha untuk terus maju dan memberikan harapan bagi para korban yang tak terlihat.
Baca Juga: Kelanjutan Kasus Pemerkosaan Lansia di Prancis, Mantan Suami Gisele Pelicot Dipenjara 20 Tahun
(*)