Kutuk Tindakan Asusila Dominique, Putri Gisele Pelicot: Dia Kriminal Seksual

Arintha Widya - Selasa, 14 Januari 2025
Putri Gisele Pelicot, Caroline Darian mengungkapkan ini soal vonis ayahnya, Dominique Pelicot.
Putri Gisele Pelicot, Caroline Darian mengungkapkan ini soal vonis ayahnya, Dominique Pelicot. Kolase Instagram @caro.darian

Parapuan.co - Dominique Pelicot, lelaki lansia asal Perancis yang divonis 20 tahun penjara karena melakukan kekerasan seksual terhadap Gisele Pelicot (saat masih menjadi istrinya), tampaknya harus mendekam di bui hingga maut menjemput.

Putri Gisele Pelicot, Caroline Darian, curiga bahwa Dominique mungkin juga melakukan hal yang sama terhadapnya.

Kecurigaannya muncul lantaran kekerasan seksual yang diterima sang ibu terjadi selama sekitar 10 tahun, sehingga bukan tidak mungkin, Caroline menerima perlakuan yang sama.

Terkait hal tersebut, Caroline Darian mencurahkan isi hatinya kepada BBC sebagaimana dirangkum PARAPUAN berikut ini!

Kronologi Caroline Mengetahui Sang Ibu Dilecehkan

Pada suatu malam di bulan November 2020, Caroline Darian menerima panggilan telepon dari ibunya, Gisèle Pelicot.

Siapa yang menyangka, panggilan tersebut membawa kabar yang mengubah hidupnya selamanya.

"Ibu mengabarkan bahwa ia baru saja mengetahui kalau ayahku, Dominique, telah membiusnya selama sekitar 10 tahun agar pria-pria lain bisa memperkosanya," kenang Caroline dalam sebuah wawancara dengan BBC Radio 4.

"Saat itu, aku merasa hidupku yang normal telah hilang. Aku berteriak, menangis, bahkan mengutuknya. Rasanya seperti gempa bumi, seperti tsunami," ujarnya penuh emosi.

Baca Juga: LPSK Sebut Permohonan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual Meningkat, Termasuk Kasus Agus

Dominique Pelicot dijatuhi hukuman 20 tahun penjara pada akhir persidangan selama tiga setengah bulan di bulan Desember 2024.

Lebih dari 50 pria yang direkrut Dominique melalui internet untuk memperkosa dan melakukan pelecehan seksual terhadap Gisèle juga dijatuhi hukuman penjara.

Penyelidikan terhadap Dominique dimulai setelah ia tertangkap karena melakukan upskirting di sebuah supermarket.

Dari laptop dan ponselnya, polisi menemukan ribuan foto dan video Gisèle yang jelas-jelas tidak sadarkan diri saat mengalami kekerasan seksual.

Dugaan Pelecehan Terhadap Caroline Darian

Setelah kabar mengejutkan tersebut, Caroline dan kedua saudaranya, Florian dan David, segera menemui ibu mereka di Prancis Selatan untuk memberikan dukungan.

Namun, trauma baru kembali muncul ketika Caroline dipanggil oleh polisi. Mereka menunjukkan dua foto yang ditemukan di laptop Dominique.

Foto tersebut memperlihatkan seorang perempuan yang tidak sadarkan diri di atas tempat tidur, hanya mengenakan kaus dan pakaian dalam.

Pada awalnya, Caroline sulit mengenali sosok dalam foto itu. "Aku mengalami efek disosiasi. Aku kesulitan mengenali diriku sendiri," katanya.

Baca Juga: Jangan Diam! Ini Bantuan untuk Perempuan Disabilitas yang Alami Kekerasan Seksual

Namun, seorang petugas polisi menunjukkan tanda lahir di pipinya yang membuatnya yakin bahwa perempuan dalam foto itu adalah dirinya.

"Aku tahu dia membiusku, mungkin untuk melakukan pelecehan seksual. Tetapi aku tidak memiliki bukti," imbuhnya yakin.

Caroline percaya bahwa ada banyak korban lainnya yang mengalami hal serupa tetapi tidak mendapatkan keadilan karena kurangnya bukti.

Perjuangan Melawan Kekerasan Seksual dan Chemical Submission

Setelah kasus ayahnya terungkap, Caroline menulis sebuah buku berjudul "I'll Never Call Him Dad Again" yang menggambarkan trauma keluarganya dan membahas lebih dalam tentang chemical submission—kekerasan seksual yang dilakukan dengan menggunakan obat-obatan.

Ia menyoroti bahwa obat-obatan yang digunakan pelaku sering kali berasal dari lemari obat keluarga, seperti obat penghilang rasa sakit dan obat penenang.

"Hampir setengah dari korban chemical submission mengenal pelaku mereka. Bahaya ini datang dari orang terdekat," jelas Caroline.

Ia juga mengungkapkan bahwa ibunya sempat kesulitan menerima kemungkinan bahwa Dominique mungkin juga telah melecehkan putrinya sendiri. "Bagi seorang ibu, sulit menerima semuanya sekaligus," tambahnya.

Meski trauma berat menghantui, Gisèle memutuskan untuk membuka jalannya persidangan kepada publik dan media guna mengekspos kekejaman yang dialaminya.

Baca Juga: Memahami Pentingnya Persetujuan Seksual dari Kasus Pemerkosaan Viral Gisele Pelicot

Caroline mendukung keputusan ibunya. "Kami tahu apa yang kami alami sangat mengerikan, tetapi kami harus melewatinya dengan martabat dan kekuatan," tegas Caroline.

Membangun Kembali Kehidupan

Kini, Caroline menghadapi kenyataan bahwa ia adalah putri dari seorang pelaku kekerasan seksual dan seorang korban.

"Saat aku mengenang masa lalu, aku tidak bisa lagi mengingat Dominique sebagai seorang ayah. Aku hanya melihatnya sebagai seorang kriminal seksual," tuturnya.

Meski demikian, Caroline menegaskan bahwa ia berbeda dengan ayahnya. "Aku memiliki DNA-nya, tetapi perjuanganku untuk para korban yang tidak terlihat adalah caraku menciptakan jarak nyata dengannya. Aku benar-benar berbeda dari Dominique."

"Dia tahu persis apa yang dia lakukan, dan dia bukan orang yang sakit. Dia adalah pria yang berbahaya. Tidak ada alasan baginya untuk keluar dari penjara. Tidak ada jalan keluar baginya,” tegasnya.

Hingga saat ini, Dominique Pelicot yang berusia 72 tahun diperkirakan tidak akan pernah lagi bertemu keluarganya.

Sementara itu, Gisèle mulai pulih meskipun kelelahan akibat panjangnya proses persidangan. "Ia dalam keadaan baik dan sedang memulihkan diri," kata Caroline.

Caroline Darian kini fokus meningkatkan kesadaran tentang chemical submission dan mengedukasi anak-anak mengenai kekerasan seksual.

Peristiwa yang dimulai pada malam di bulan November itu telah membentuk siapa dirinya saat ini. Dengan penuh tekad, Caroline berusaha untuk terus maju dan memberikan harapan bagi para korban yang tak terlihat.

Baca Juga: Kelanjutan Kasus Pemerkosaan Lansia di Prancis, Mantan Suami Gisele Pelicot Dipenjara 20 Tahun

(*)

Sumber: BBC
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Meta Hapus Filter Wajah dan Efek AR, Bagaimana Nasib Kreator dan Pengguna?