Cara Caroline Darian Dukung Gisele Pelicot Sang Ibu dan Edukasi Soal Kekerasan Seksual

Arintha Widya - Selasa, 14 Januari 2025
Putri Gisele Pelicot berikan edukasi tentang chemical submission lewat buku.
Putri Gisele Pelicot berikan edukasi tentang chemical submission lewat buku. Instagram @caro.darian

Parapuan.co - Putri Gisele Pelicot, perempuan lansia korban kekerasan seksual oleh mantan suaminya--Dominique Pelicot--, Caroline Darian menunjukkan dukungan yang besar atas apa yang dialami sang ibu.

Bahkan setelah sang ayah, Dominique, dijatuhi hukuman penjara 20 tahun, Caroline Darian masih tidak tinggal diam.

Ia bersuara, mengungkap kekejian yang dilakukan ayahnya agar menjadi pelajaran dan peringatan kepada setiap perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia.

Hal itu tampak dari unggahan terbaru Caroline Darian di akun Instagram, "How can you rebuild when your father is the worst sexual predator in decades? (Bagaimana kamu bangkit ketika ayahmu adalah predator seksual terburuk sepanjang masa?)"

Kalimat tersebut menjadi pembuka dari kisah menyayat hati yang dialami Gisele dan Caroline.

Lewat sebuah buku yang ditulisnya, ia membagikan cerita pahit keluarganya dengan tujuan mulia – meningkatkan kesadaran akan bahaya kekerasan seksual dan pentingnya edukasi bagi anak-anak.

Buku tersebut berjudul "I'll Never Call Him Dad Again" yang berisi tentang cara mengatasi trauma dan edukasi terkait chemical submission.

Chemical submission merupakan penggunaan obat-obatan untuk melakukan kejahatan, termasuk kekerasan seksual.

Di dalam bukunya, Caroline mengaku tak lagi mampu melihat sosok Dominique sebagai seorang ayah.

Baca Juga: Kelanjutan Kasus Pemerkosaan Lansia di Prancis, Mantan Suami Gisele Pelicot Dipenjara 20 Tahun

"Ketika aku mengingat masa lalu, aku tidak bisa lagi melihatnya sebagai ayah seperti dahulu. Aku langsung melihatnya sebagai seorang kriminal, seorang pelaku kekerasan seksual," ungkap Caroline dalam sebuah wawancara dengan BBC.

Caroline dengan tegas menyatakan bahwa meski ia memiliki hubungan darah dengan Dominique, ia merasa sepenuhnya berbeda dari pria yang kini dipenjara atas kejahatan-kejahatan mengerikan yang dilakukannya.

Keputusan Dominique untuk melakukan tindakan tersebut bukanlah karena sakit jiwa, melainkan karena sepenuhnya sadar akan perbuatannya.

"Dia tahu apa yang dia lakukan, dan dia adalah pria yang berbahaya. Tidak ada alasan baginya untuk dibebaskan," tegas Caroline.

Dominique Pelicot kini menjalani hukuman penjara dengan vonis berat akibat tindakannya yang meliputi pemerkosaan dan penyalahgunaan obat terhadap mantan istrinya, Gisele Pelicot.

Dengan usia yang telah mencapai 72 tahun, kemungkinan besar Dominique tidak akan pernah lagi bertemu dengan keluarganya.

Namun, trauma yang ditinggalkannya masih membekas dalam kehidupan keluarganya, terutama kepada Caroline dan Gisele.

Mengubah Rasa Sakit Menjadi Perjuangan

Langkah Caroline dalam menulis bukunya merupakan bentuk perjuangan nyata untuk para korban kekerasan seksual yang sering kali merasa tak terlihat oleh masyarakat.

Baca Juga: Penyintas Kekerasan Seksual Berisiko Mengalami Gejala Androfobia

Ia berupaya menjadi suara bagi para korban di luar sana yang selama ini barangkali tak berani berbicara.

Dengan penuh keberanian, ia berbicara tentang kejahatan ayahnya, bukan untuk membuka luka lama, melainkan sebagai bentuk edukasi dan pencegahan agar kejadian serupa tak terulang.

Perjuangan Caroline tak lepas dari dukungan keluarganya, terutama suami dan anaknya yang kini berusia 10 tahun.

Meski luka masa lalu masih membayangi, ia mencoba menatap masa depan dengan penuh harapan.

"Peristiwa yang terjadi kala itu membuatku seperti sekarang. Aku berusaha untuk terus maju," ujar Caroline dengan penuh keyakinan.

Membangun Kesadaran Publik

Salah satu misi utama Caroline adalah meningkatkan kesadaran akan chemical submission, yakni penggunaan zat kimia untuk melumpuhkan korban sebelum melakukan pelecehan atau kekerasan seksual.

Isu ini masih jarang dibahas di masyarakat, padahal dampaknya sangat besar bagi para korban.

Selain itu, Caroline juga menekankan pentingnya edukasi bagi anak-anak mengenai pelecehan seksual sejak dini.

Dengan cara ini, ia berharap generasi mendatang lebih terlindungi dan mampu mengenali tanda-tanda bahaya sejak awal.

Langkah Caroline patut diacungi jempol sebagai aksi heroik yang tak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga demi kebaikan orang lain.

Ia mengajarkan kepada kita semua bahwa meski hidup penuh luka dan kegelapan, selalu ada cara untuk bangkit dan membawa perubahan positif.

Baca Juga: Mengenal Chemical Submission yang Terkait Kekerasan Seksual Menggunakan Obat-obatan

(*)

Sumber: Instagram,BBC
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Anak Berperilaku Negatif karena Kurang Koneksi dengan Orang Tua, Apa Solusinya?