Kekerasan pada Anak dalam Keluarga Cerminkan Minimnya Ruang Aman untuk Mereka

Saras Bening Sumunar - Senin, 20 Januari 2025
Kurangnya ruang aman untuk anak.
Kurangnya ruang aman untuk anak. Istockphoto

Parapuan.co - Keluarga seharusnya menjadi ruang aman untuk anak.

Namun, siapa sangka keluarga justru juga menjadi pelaku berbagai jenis kekerasan pada anak.

Penulis masih sering mendapati berbagai ancaman kekerasan pada anak dari lingkup keluarga.

Misal, orang tua ingin mendisiplinkan anak terlalu keras untuk belajar. Alih-alih mendisiplinkan anak, orang tua yang emosi justru melakukan kekerasan pada anak.

Cukup banyak orang tua yang memukul, mengumpat, atau malah menyampaikan kata-kata kasar ketika anak tidak mau belajar.

Tanpa orang tua sadari, apa yang mereka lakukan adalah bentuk dari kekerasan yang dapat berdampak pada perkembangan anak.

Misalnya saja seperti kasus kekerasan pada anak yang terjadi di Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.

Anak laki-laki yang diperkirakan masih berusia lima tahun diduga dibunuh oleh orang tuanya, AZR (19) dan SD (22).

Sebelumnya pada Senin (6/1/2025) jasad korban ditemukan di sebuah ruko kosong di Jalan Inspeksi Kalimalang, Bekasi.

Baca Juga: Upaya Polri Cegah Viktimisasi Perempuan dan Anak di Ranah Hukum

Menurut pemeriksaan kepolisian, terdapat luka-luka di tubuh bocah malang tersebut.

Mulai dari lecet di pipi sebelah kiri, memar di kuping sebelah kiri, serta luka seperti sundutan rokok di bagian pantat, pipi, dan kaki.

Selain itu, ditemukan pula benjolan di bagian kepala tengah dan belakang, serta luka lebam di sekitar pinggang atas sebelah kanan.

Motif pembunuhan anak kandung ini dilatarbelakangi oleh rasa kesal orang tua karena korban muntah di teras minimarket sehingga kedua tersangka ditegur oleh karyawan minimarket.

Dari situ, penyiksaan yang dilakukan oleh AZR dan SD mulai terjadi hingga sang anak meregang nyawa.

Kini, kedua pelaku sudah berhasil diamankan oleh pihak kepolisian.

Minimnya Ruang Aman untuk Anak

Berkaca dari maraknya kasus kekerasan pada anak dan pembunuhan yang baru saja terjadi, penulis menyimpulkan bahwa ruang aman untuk anak bisa dikatakan sangat kurang bahkan di lingkup keluarga.

Baca Juga: KemenPPPA Buat Program Baru, Lindungi Perempuan dan Anak dari Kekerasan

Keluarga yang seharusnya memberikan ruang aman untuk anak malah menjadi area yang berbahaya atau malah neraka.

Pada situasi tertentu, kekerasan pada anak di lingkup keluarga juga bisa terjadi ketika orang tua menyalahgunakan posisinya.

Orang tua seakan memiliki kuasa atas anaknya, mereka bebas mengatur anak bahkan melakukan apapun dengan dalih mendisiplinkannya.

Padahal, mendisiplinkan anak tidak harus dilakukan dengan kekerasan fisik, psikologis, maupun verbal.

Lebih dalam lagi, faktor usia dan kematangan emosional menjadi hal lain yang perlu dimiliki orang tua.

Memang, kematangan emosional tidak ditentukan dari usia seseorang saja. Namun jika dilihat dari kasus pembunuhan anak kandung di Tambun Selatan, salah satu pelakunya masih berusia 19 tahun.

Padahal usia tersebut menjadi batas usia pernikahan di Indonesia, sementara AZR sudah memiliki anak berusia sekitar lima tahun.

Kedua pelaku dinilai belum memiliki kematangan emosional untuk membina keluarga atau bahkan memiliki anak.

Perlu diingat bahwa menjadi orang tua adalah beban tanggung jawab yang harus diemban seumur hidup.

Baca Juga: Kasus Balita Dibunuh karena Utang, Kenali Faktor Risiko Kekerasan terhadap Anak

Sehingga jika tidak memiliki kesiapan finansial, mental dan kematangan emosional, ini hanya akan memicu percikan emosi yang membuat orang tua melampiaskannya pada anak.

Di sisi lain, pemerintah dan lembaga berwajib juga perlu memberikan sanksi tegas bagi para pelaku kekerasan pada anak.

Dibutuhkan kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan penegak hukum untuk memberantas kekerasan pada anak.

Penagangan yang cepat perlu dilakukan, apalagi selama ini pihak berwajib cenderung lambat dalam melakukan penyelidikan terkait kasus kekerasan baik pada anak maupun perempuan.

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Kekerasan pada Anak dalam Keluarga Cerminkan Minimnya Ruang Aman untuk Mereka