Parapuan.co - Kawan Puan, hijab sering kali menjadi topik yang memunculkan perasaan kuat, baik di kalangan umat Islam maupun non-Muslim.
Namun, di balik pemakaian hijab, terdapat perjuangan besar yang dihadapi oleh banyak perempuan Muslim di dunia.
Salah satunya ialah Nazma Khan, perempuan berdaya yang mendirikan World Hijab Day (WHD) atau Hari Hijab Sedunia pada tahun 2013.
Melansir Sky News, WHD lahir dari pengalaman pribadi Nazma Khan yang merasakan diskriminasi hanya karena memilih untuk menutupi rambutnya dengan hijab.
Nazma Khan, yang pindah dari Bangladesh ke Amerika Serikat bersama keluarganya pada usia 11 tahun, mulai mengenakan hijab setelah tiba di New York.
Namun, pemakaian hijabnya justru menimbulkan reaksi intoleransi.
"Perempuan di berbagai belahan dunia juga mengalami kekerasan dan diskriminasi karena mengenakan hijab," ungkap Nazma Khan dalam wawancara dengan Sky News.
Menghadapi tantangan besar sebagai seorang remaja Muslim di negara yang asing baginya, Khan sering dihina dan diganggu oleh teman-teman sebayanya.
"Mereka akan menunggu di luar sekolah untuk mengelilingi saya dan meludahinya," kata Nazma lagi.
Baca Juga: Para Ahli PBB Desak Prancis Hentikan Larangan Hijab dalam Olahraga
Anak-anak juga sering memanggilnya dengan nama-nama yang menghina, seperti 'Batman', 'Ninja', dan 'Mother Teresa'. Bahkan, mereka mengancam akan mencabut hijabnya.
Situasi menjadi semakin buruk pasca-9/11, ketika perasaan Islamofobia semakin meluas di Amerika Serikat.
"Saya dikejar di jalanan New York dan dilabeli sebagai teroris hanya karena saya seorang wanita Muslim yang terlihat," paparnya dengan perasaan takut. "Saya sangat takut untuk keluar dari rumah."
Pada saat itu, ia merasa seperti kehilangan identitas dirinya. Setelah mencoba melepas hijab untuk sementara, Khan merasakan bahwa kehidupan tanpa hijab bukanlah yang ia inginkan.
"Setelah melepas hijab dan mengenakannya kembali, rasanya seperti saya memperbarui niat saya dengan hijab," ujar Nazma Khan.
Pada tahun 2013, Nazma Khan meluncurkan sebuah halaman Facebook yang dinamakan World Hijab Day, dengan tujuan memberikan wadah bagi orang-orang untuk berbagi cerita tentang hijab dan saling memberikan dukungan.
"Saya ingin membantu saudari-saudari saya untuk meringankan beban mereka dengan meningkatkan kesadaran tentang hijab," terang Nazma Khan.
Ia mengundang perempuan dari berbagai latar belakang dan agama untuk mengenakan hijab pada 1 Februari sebagai bentuk solidaritas terhadap perempuan Muslim.
Sejak diluncurkan, WHD berkembang pesat. Pada tahun 2014, halaman WHD telah menjangkau lebih dari 44 juta orang, dan menjadi topik yang banyak dibicarakan di Twitter pada tahun berikutnya.
WHD telah diakui oleh negara bagian New York dan Michigan, serta tampil di halaman Instagram resmi Meta.
Bahkan, pada tahun 2016, TIME Magazine mengakui 1 Februari sebagai Hari Hijab Sedunia.
Namun, meskipun WHD telah mencapai banyak pencapaian, Khan mengingatkan bahwa perjuangan untuk pemahaman tentang hijab dan hak perempuan untuk mengenakan hijab dengan bebas masih panjang.
"Hijab bagi banyak perempuan adalah simbol ketahanan, harapan, dan kemajuan," tutur Nazma Khan.
Bagi sebagian perempuan, hijab adalah bagian dari identitas mereka yang terus memperjuangkan keberagaman dan melawan stereotip yang ada.
Melawan Stigma Hijab di Berbagai Belahan Dunia
Sementara banyak perempuan merasa diberdayakan oleh hijab, di beberapa negara, hijab membawa makna yang berbeda.
Di Iran, misalnya, perjuangan untuk kebebasan memilih cara berpakaian semakin meningkat setelah kematian Mahsa Amini pada tahun 2022.
Amini tewas setelah ditahan oleh "polisi moral" Iran karena diduga tidak mengenakan hijab sesuai aturan ketat negara itu.
Baca Juga: Protes Warga Iran Usai Kematian Mahsa Amini, Perempuan yang Ditangkap Polisi karena Jilbab
Di sisi lain, di Prancis, meskipun hijab tidak dilarang, ada aturan ketat mengenai cara perempuan boleh berpakaian.
Pada tahun 2011, negara ini mengeluarkan undang-undang yang melarang pemakaian niqab atau masker wajah di ruang publik, dan pada tahun 2022, Mahkamah Konstitusi Prancis mengeluarkan keputusan yang melarang perempuan mengenakan burkini di kolam renang umum.
Menghargai Hijab sebagai Simbol Keberagaman
Hijab bukan hanya sekadar pakaian, tetapi juga simbol perjuangan dan pilihan.
Bagi perempuan seperti Nazma Khan, hijab adalah bentuk pengakuan terhadap keberagaman dan hak untuk mengekspresikan diri.
"Saya ingin membantu perempuan untuk lebih memahami bahwa hijab adalah pilihan, bukan kewajiban yang dipaksakan," ucap Nazma Khan.
Melalui Hari Hijab Sedunia, ia mengajak dunia untuk membuka pikiran dan menghargai keberagaman yang ada, serta mendobrak batasan-batasan dan stereotip terhadap perempuan berhijab.
Dengan semakin berkembangnya perayaan Hari Hijab Sedunia, diharapkan kesadaran global terhadap hak perempuan untuk memilih cara berpakaian dan mengekspresikan keyakinan mereka semakin diperkuat.
Baca Juga: Iran Berlakukan Undang-Undang Hijab yang Mengancam Kebebasan Perempuan
(*)