"Saat ini, Polwan Indonesia telah menduduki jabatan operasional yang strategis di kepolisian dan jabatan yang high risk, seperti pada misi perdamaian dunia, Densus 88 Antiteror, dan pasukan Brigade Mobil," kata Kapolri Listyo Sigit, melansir Kompas.com.
Selain itu, Polri juga telah membuka rekrutmen bagi difabel, termasuk perempuan difabel, untuk menjadi perwira dan bintara.
Langkah ini menunjukkan upaya Polri dalam mendorong inklusivitas dan kesetaraan dalam proses rekrutmen.
Laman Humas Polri mencatat, pada 2024 kemarin, sebanyak 18 penyandang disabilitas berhasil menjadi anggota kepolisian Republik Indonesia.
Tantangan yang Dihadapi Perempuan dalam Rekrutmen Polri
Meskipun terdapat peluang, perempuan masih menghadapi berbagai tantangan dalam proses rekrutmen dan pengembangan karier di Polri. Beberapa di antaranya adalah:
1. Diskriminasi Gender: Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo mengakui bahwa masih terdapat stigma dan diskriminasi terhadap Polwan, seperti anggapan bahwa tugas tertentu hanya cocok untuk polisi laki-laki.
2. Keterbatasan dalam Penugasan: Polwan sering kali ditempatkan pada tugas-tugas administratif dan kurang mendapatkan kesempatan dalam penugasan operasional yang menantang. Hal ini membatasi pengalaman dan pengembangan keterampilan mereka.
3. Keseimbangan Peran: Sebagai perempuan, Polwan dihadapkan pada tantangan untuk menyeimbangkan peran profesional dan peran domestik dalam keluarga.