Parapuan.co - Kawan Puan, rekrutmen Polri (Kepolisian Negara Republik Indonesia) tahun anggaran 2025 baru saja dimulai.
Mengutip laman penerimaan.polri.go.id, rekrutmen Polri sudah dimulai sejak 5 Februari dan akan berakhir pada 6 Maret 2025.
Adapun jalur penerimaan Polri yang dibuka untuk rekrutmen 2025 ialah, pendaftaran Akademi Kepolisian (Akpol), SIPSS (Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana), Bintara, dan Tamtama.
Berbicara mengenai penerimaan Polri, peran perempuan dalam Kepolisian Negara Republik Indonesia telah mengalami perkembangan signifikan sejak pembentukan Polisi Wanita (Polwan) pada tahun 1948.
Namun, hingga kini bisa dibilang perempuan masih menghadapi berbagai peluang dan tantangan dalam proses rekrutmen dan pengembangan karier di institusi kepolisian.
Peluang bagi Perempuan dalam Rekrutmen Polri
Polri telah menunjukkan komitmen untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam institusi.
Salah satunya adalah dengan membuka peluang bagi perempuan untuk menduduki jabatan strategis.
Hal itu pernah disampaikan langsung oleh Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo saat membuka "The 58th International Association Of Women Police (IAWP) Training Conference" di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 2021 lalu.
Baca Juga: Mengenal Basaria Panjaitan, Perempuan Pertama yang Jadi Polwan dengan Pangkat Tertinggi
"Saat ini, Polwan Indonesia telah menduduki jabatan operasional yang strategis di kepolisian dan jabatan yang high risk, seperti pada misi perdamaian dunia, Densus 88 Antiteror, dan pasukan Brigade Mobil," kata Kapolri Listyo Sigit, melansir Kompas.com.
Selain itu, Polri juga telah membuka rekrutmen bagi difabel, termasuk perempuan difabel, untuk menjadi perwira dan bintara.
Langkah ini menunjukkan upaya Polri dalam mendorong inklusivitas dan kesetaraan dalam proses rekrutmen.
Laman Humas Polri mencatat, pada 2024 kemarin, sebanyak 18 penyandang disabilitas berhasil menjadi anggota kepolisian Republik Indonesia.
Tantangan yang Dihadapi Perempuan dalam Rekrutmen Polri
Meskipun terdapat peluang, perempuan masih menghadapi berbagai tantangan dalam proses rekrutmen dan pengembangan karier di Polri. Beberapa di antaranya adalah:
1. Diskriminasi Gender: Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo mengakui bahwa masih terdapat stigma dan diskriminasi terhadap Polwan, seperti anggapan bahwa tugas tertentu hanya cocok untuk polisi laki-laki.
2. Keterbatasan dalam Penugasan: Polwan sering kali ditempatkan pada tugas-tugas administratif dan kurang mendapatkan kesempatan dalam penugasan operasional yang menantang. Hal ini membatasi pengalaman dan pengembangan keterampilan mereka.
3. Keseimbangan Peran: Sebagai perempuan, Polwan dihadapkan pada tantangan untuk menyeimbangkan peran profesional dan peran domestik dalam keluarga.
Baca Juga: Polri Buka Rekrutmen Polisi Sumber Sarjana SIPSS, Ini Syaratnya!
Tuntutan pekerjaan dengan jam kerja panjang dan risiko tinggi dapat menjadi hambatan bagi mereka.
Upaya Mengatasi Tantangan
Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan langkah-langkah strategis, antara lain:
1. Peningkatan Kesetaraan Gender: Menerapkan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender dalam rekrutmen, penugasan, dan promosi jabatan.
2. Pemberdayaan dan Pelatihan: Memberikan pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi Polwan agar siap menghadapi berbagai tugas, termasuk yang bersifat operasional.
3. Fasilitas Pendukung: Menyediakan fasilitas yang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, seperti fleksibilitas jam kerja dan fasilitas penitipan anak.
Dengan komitmen dan upaya berkelanjutan, diharapkan perempuan dapat berperan lebih signifikan dalam Polri, sehingga menciptakan institusi kepolisian yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Secara umum, Polri membuka peluang besar kepada perempuan untuk menjadi anggotanya melalui proses rekrutmen yang adil dan inklusif.
Kawan Puan yang ingin menjadi Polwan dapat mendaftarkan diri melalui situs https://penerimaan.polri.go.id/.
Baca Juga: Tips Sukses Lolos Tes Akademik dan Jasmani Jadi Polwan, Apa Saja?
(*)