10 Kebiasaan yang Membuatmu Kesulitan Keuangan Meski Punya Gaji Besar

Arintha Widya - Selasa, 11 Februari 2025
Kesulitan finansial meski punya gaji besar? Mungkin ini penyebabnya.
Kesulitan finansial meski punya gaji besar? Mungkin ini penyebabnya. David Sacks

Parapuan.co - Kawan Puan, memiliki akses terhadap uang tidak selalu berarti punya banyak kekayaan.

Banyak orang dengan penghasilan besar tetap terjebak dalam siklus keuangan yang buruk karena belum memahami hubungan mereka dengan uang dari aspek emosional dan psikologis.

Luka finansial yang belum sembuh dapat memengaruhi cara seseorang mengelola keuangannya.

Menemukan akar permasalahan dalam pola pikir keuangan dapat membebaskan seseorang dari kebiasaan yang menghambat akumulasi kekayaan.

Berikut ini 10 kebiasaan yang membuat seseorang tetap kesulitan finansial meskipun memiliki penghasilan tinggi seperti melansir Your Tango!

1. Tidak Menetapkan Tujuan Keuangan

Tanpa perencanaan keuangan, seseorang cenderung menghabiskan uang secara impulsif dan hidup dari gaji ke gaji.

Menurut University of Chicago, strategi seperti aturan "50/20/30" dapat membantu, di mana 50% pendapatan digunakan untuk kebutuhan, 20% untuk tabungan dan pelunasan utang, serta 30% untuk keinginan.

Memiliki tujuan keuangan yang jelas, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang, sangat penting untuk mencapai stabilitas finansial.

Baca Juga: Jadi Tujuan Keuangan 2024, Ini 3 Mitos Investasi yang Jangan Dipercaya

2. Tidak Terorganisir

Orang yang tidak memiliki sistem pencatatan keuangan cenderung tidak tahu berapa banyak uang yang mereka miliki dan menghabiskannya tanpa perhitungan.

Melacak pengeluaran, menyusun anggaran, dan menetapkan alokasi dana dapat membantu seseorang merasa lebih memiliki kendali atas keuangannya.

3. Kesulitan Menetapkan Batas Finansial

Kedermawanan memang baik, tetapi memberikan uang melebihi kemampuan dapat merusak kondisi keuangan dan hubungan sosial.

Menetapkan batas finansial bukan hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga memastikan keseimbangan antara kepedulian terhadap orang lain dan tanggung jawab pribadi.

4. Cemas Secara Finansial

Kecemasan terhadap keuangan sering kali membuat seseorang menghindari kenyataan, seperti menunda pembayaran tagihan atau enggan melihat saldo rekening.

Menurut Cheryl Gerson, uang sering kali dikaitkan dengan kelangsungan hidup, sehingga dapat menjadi sumber kecemasan yang signifikan.

Baca Juga: Ini Cara Mengelola Penghasilan untuk Mencapai Kestabilan Finansial

Mengatasi ketakutan ini dengan menghadapi kenyataan dan mencari solusi yang lebih sehat dapat membantu mengurangi stres finansial.

5. Menghindari Akuntabilitas

Orang yang tidak bertanggung jawab atas kondisi finansialnya cenderung menyalahkan faktor eksternal atas kesulitan mereka.

Menurut Dr. Kristen Fuller, akuntabilitas berarti bertanya pada diri sendiri mengapa sesuatu terjadi dan belajar dari pengalaman tersebut.

Menerima tanggung jawab atas keputusan keuangan adalah langkah penting menuju perubahan yang lebih baik.

6. Takut Mempelajari Literasi Keuangan

Ketakutan terhadap hal yang tidak diketahui sering kali membuat seseorang enggan belajar tentang keuangan.

Nicole Victoria, seorang pelatih keuangan, menjelaskan bahwa ketakutan terhadap uang sering kali dipelajari sejak kecil, tetapi dapat diatasi dengan edukasi bertahap.

Memulai dari langkah kecil, seperti memahami konsep dasar investasi atau tabungan, dapat membantu seseorang membangun kepercayaan diri dalam mengelola uang.

Baca Juga: Ini Pentingnya Literasi Finansial dan Perlindungan bagi Perempuan Indonesia

7. Menggunakan Barang Mewah sebagai Tolok Ukur Harga Diri

Orang yang merasa kurang berharga cenderung mencari validasi melalui barang-barang mewah.

Sayangnya, hal ini hanya memberikan kepuasan sesaat. Kunci sebenarnya adalah membangun rasa percaya diri dari dalam, bukan melalui materi.

8. Sering Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Perbandingan sosial dapat menjerumuskan seseorang dalam pola pikir kelangkaan, di mana mereka selalu merasa kurang dibandingkan orang lain.

CEO YourTango, Andrea Miller, menyebut fenomena ini sebagai "Comparison Culture," yang dapat mengurangi kebahagiaan dan menimbulkan ketidakpuasan.

Cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan menumbuhkan rasa syukur atas apa yang sudah dimiliki.

9. Menyamakan Kekayaan dengan Kesuksesan

Orang yang hanya mengukur kesuksesan dari jumlah uang yang mereka miliki cenderung menghabiskan uang secara boros tanpa perencanaan untuk masa depan.

Baca Juga: 3 Tips Investasi dari Miliuner untuk Meningkatkan Kekayaan di Tahun Baru

Akibatnya, mereka tidak memiliki tabungan atau dana darurat yang cukup.

Memahami bahwa kesuksesan mencakup banyak aspek, seperti kesehatan, hubungan, dan kebahagiaan, dapat membantu mengubah perspektif ini.

10. Mengaitkan Emosi dengan Pengeluaran

Banyak keputusan keuangan didasarkan pada emosi, bukan logika. Pengeluaran impulsif sering kali menjadi cara untuk mengatasi stres atau kesedihan.

Menurut pelatih keuangan Pegi Burdick, memahami hubungan emosional seseorang dengan uang dapat membantu mereka membuat keputusan finansial yang lebih rasional.

Ingat, stabilitas finansial tidak hanya bergantung pada jumlah uang yang diperoleh, tetapi juga pada cara seseorang mengelolanya.

Dengan memahami dan mengatasi kebiasaan yang menghambat pertumbuhan finansial, seseorang dapat membangun masa depan yang lebih sejahtera.

Menetapkan tujuan, menjadi lebih terorganisir, mempelajari literasi keuangan, dan mengelola emosi dalam pengeluaran adalah langkah-langkah penting untuk mencapai kebebasan finansial.

Baca Juga: Perbedaan Financial Freedom dan Kemandirian Finansial, Mana yang Kamu Pilih?

(*)

Sumber: Your Tango
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

10 Kebiasaan yang Membuatmu Kesulitan Keuangan Meski Punya Gaji Besar