2. Kelainan Struktur Jantung
Sebagian individu di usia muda memiliki kelainan jantung bawaan yang tidak terdeteksi hingga terjadi henti jantung mendadak.
Adapun kondisi yang dapat meningkatkan risiko meliputi:
- Kardiomiopati Hipertrofik: Penebalan otot jantung yang mengganggu aliran darah dan meningkatkan risiko aritmia.
- Kelainan Katup Jantung: Gangguan pada katup jantung yang memengaruhi sirkulasi darah.
- Penyempitan Arteri Koroner Bawaan: Kondisi ini dapat membatasi aliran darah ke jantung dan memicu serangan jantung serta henti jantung.
3. Faktor Genetik dan Riwayat Keluarga
Jika seseorang memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami henti jantung mendadak, serangan jantung, atau aritmia, risikonya bisa lebih tinggi.
Kelainan genetik seperti sindrom Brugada dan kardiomiopati hipertrofik sering diturunkan dalam keluarga.
4. Penyakit yang Mempengaruhi Jantung
Beberapa penyakit dapat meningkatkan risiko henti jantung, seperti:
- Diabetes: Mengganggu keseimbangan elektrolit yang mempengaruhi detak jantung.
- Hipertensi: Tekanan darah tinggi dapat merusak jantung dalam jangka panjang.
- Infeksi Jantung (Miokarditis): Infeksi virus atau bakteri yang menyebabkan peradangan pada jantung.
5. Penyalahgunaan Zat dan Gaya Hidup Tidak Sehat