Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Penerima Beasiswa LPDP Luar Negeri Wajib Pulang ke Indonesia
Dengan demikian, KIST menjadi pilar utama dalam membangun inovasi teknologi lokal yang kompetitif di kancah global.
Tidak berhenti di KIST, pemerintah Korea Selatan juga mendirikan Korea Advanced Institute of Science (KAIS) pada tahun 1971, yang kemudian berkembang menjadi Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST).
Lembaga ini didirikan melalui pinjaman dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan menjadi universitas sains dan teknologi pertama di Korea Selatan.
KAIST berperan penting dalam melatih ilmuwan dan insinyur tingkat lanjut serta membangun struktur pendidikan pascasarjana yang berkualitas tinggi.
KAIST: Pusat Inovasi dan Teknologi
KAIST mengadopsi model pendidikan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat, menjadikannya sebagai institusi utama dalam mencetak insinyur dan ilmuwan kelas dunia.
Dampak dari keberadaan KAIST terhadap industri teknologi Korea Selatan sangat signifikan, dengan banyak lulusannya yang kini memimpin perusahaan-perusahaan teknologi raksasa seperti Samsung, LG, dan SK Hynix.
Selain itu, KAIST berperan dalam dominasi Korea Selatan di industri semikonduktor, robotika, dan kecerdasan buatan (AI).
Universitas ini telah membantu mengembangkan berbagai teknologi canggih, termasuk kendaraan otomatis tanpa pengemudi, sistem pabrik pintar, serta robot humanoid pertama di Korea Selatan.
Baca Juga: Cara Temukan Tempat Magang di Luar Negeri Via Platform Bantu Kerja
KAIST juga menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar seperti Samsung, Hyundai, dan LG untuk mentransformasikan penelitian akademik menjadi inovasi dunia nyata, seperti teknologi layar OLED yang kini menjadi standar global di industri ponsel pintar dan televisi.
Dampak Kebijakan dalam Mencegah Brain Drain
Keberadaan institusi seperti KIST dan KAIST telah menjadi faktor utama dalam transformasi Korea Selatan dari negara berpenghasilan rendah menjadi salah satu kekuatan teknologi global hanya dalam waktu setengah abad.
Lembaga-lembaga ini memainkan peran krusial dalam perkembangan semikonduktor, robotika, kecerdasan buatan, dan pembuatan kapal, sekaligus melahirkan para insinyur dan ilmuwan berbakat yang mengembangkan perusahaan-perusahaan Korea menjadi merek global.
Yang lebih penting, inisiatif ini telah mencegah brain drain dengan menciptakan peluang kerja dan riset yang kompetitif di dalam negeri.
Dengan adanya institusi riset dan universitas berstandar internasional, para ilmuwan dan insinyur Korea Selatan tidak lagi merasa perlu mencari peluang di luar negeri.
Pasalnya, mereka semua sudah dapat berkontribusi langsung dalam pembangunan negaranya.
Upaya ini menjadikan Korea Selatan sebagai salah satu negara dengan teknologi paling maju di dunia, membuktikan bahwa investasi dalam riset dan pendidikan tinggi adalah kunci dalam menjaga talenta terbaik tetap berada di dalam negeri dan berkontribusi terhadap kemajuan nasional.
Bagaimana dengan Kawan Puan? Apakah kamu akan kabur dulu atau tetap berada di dalam negeri?
Baca Juga: Karier Cemerlang di Negeri Sakura, Ikuti 3 Syarat Kerja di Jepang Ini
(*)