PT Sritex PHK Ribuan Buruh, Ini Dampaknya untuk Pekerja Perempuan

Saras Bening Sumunar - Senin, 3 Maret 2025
Dampak PHK pada pekerja perempuan.
Dampak PHK pada pekerja perempuan. IstockPhoto

Parapuan.co - Sebanyak 10.669 buruh PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex harus kehilangan pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena perusahaan tekstil tersebut resmi tutup pada 1 Maret 2025 setelah beroperasi selama 58 tahun.

Diketahui, penutupan Sritex ini disebabkan karena masalah keuangan yang terjadi sejak tahun 2021 dan akhirnya resmi tutup tahun 2025 ini. Pemutusan hubungan kerja (PHK) masal yang terjadi pada Sritex ini tentu meninggalkan kesedihan mendalam, termasuk untuk para pekerja perempuan.

Warti, salah satu buruh di bagian garmen, merasa PHK Sritex ini menjadi pukulan berat untuknya. Terlebih, keputusan PHK tersebut ia terima di tengah kondisi perekonomiannya yang sedang tidak stabil.

Diketahui, Warti telah mengabdi di PT Sritex selama lebih dari dua dekade. "Di sini sudah 25 tahun. Hati saya sakit. Keluarga ikut menangis karena sudah lama di PT Sritex," ujar Warti dikutip dari Kompas.com.

Lewat keterangannya, Warti menerima surat pernyataan formulir PHK pada 26 Februari 2025. Dengan berat hati, ia mulai berkemas dan mengumpulkan barang pribadi sebelum hari terakhir bekerja pada 28 Februari 2025. 

Warti juga menjelaskan bahwa ia harus mencari pekerjaan baru untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan memastikan kondisi ekonomi rumah tangga tetap stabil. "Ke depannya saya harus cari kerja sampingan. Karena masih urus dan membiayai anak," imbuhnya.

Berkaca dari PHK masal PT Sritex, penulis menyoroti bahwa Warti merupakan satu dari ribuan pekerja perempuan yang terdampak. PHK bukan sekadar kehilangan penghasilan saja, tetapi juga dapat mengguncang kestabilan mental, dan masa depan karier perempuan. Lantas, apa saja tantangan besar pekerja perempuan yang terdampak PHK dari perusahannya?

Tekanan Finansial dan Kesulitan Mendapat Pekerjaan Baru

Seperti yang dialami oleh Warti, pekerja perempuan yang terdampak PHK bukan tidak mungkin akan menghadapi tekanan finansial yang berat.

Baca Juga: Pekerja Terkena PHK Berhak Dapat Gaji 60 Persen Selama 6 Bulan, Ini Aturannya

Menurut penulis, ketika kehilangan pekerjaan, sumber penghasilan utama otomatis terhenti. Bagi perempuan yang memiliki tanggungan keluarga, situasi ini bisa menjadi beban tersendiri.

Tidak sedikit perempuan harus menghidupi anak-anaknya sendiri atau menjadi pencari nafkah utama dalam rumah tangga. Pengeluaran sehari-hari tetap berjalan, mulai dari kebutuhan rumah tangga, biaya sekolah anak, hingga berbagai macam cicilan.

Tanpa tabungan atau sumber pendapatan, tekanan finansial bisa menjadi faktor utama yang membuat perempuan korban PHK merasa terpuruk. Dalam banyak kasus, mereka harus segera mencari pekerjaan baru atau beralih ke pekerjaan serabutan yang mungkin tidak sesuai dengan bidang keahlian mereka sebelumnya.

Bukan hanya soal tekanan finansial, PHK juga membuat perempuan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan baru. Apalagi kalau mereka memiliki keterbatasan, baik secara fisik seperti disabilitas maupun kemampuan untuk mencari lapangan kerja baru.

Misalnya, mereka yang sudah berusia di atas 40 tahun sering kali menghadapi diskriminasi usia saat melamar pekerjaan baru. Selain itu, bagi perempuan yang memiliki anak kecil, perusahaan sering mempertimbangkan tingkat fleksibilitas mereka dalam bekerja, yang bisa menjadi hambatan dalam proses rekrutmen.

Dampak Psikologi yang Juga Perlu Diperhatikan

PHK tidak hanya berdampak pada kondisi finansial tetapi juga kesehatan mental. Banyak perempuan yang merasa kehilangan arah setelah dikeluarkan dari perusahaan, terutama jika mereka telah bekerja dalam waktu yang lama. Hilangnya rutinitas, tekanan dari lingkungan, serta ketidakpastian masa depan dapat memicu stres, kecemasan, hingga depresi.

Selain itu, ada perasaan tidak berharga atau ragu terhadap kemampuan diri sendiri. Banyak perempuan yang mulai mempertanyakan apakah mereka masih memiliki keahlian yang relevan di dunia kerja atau apakah mereka masih memiliki peluang untuk berkembang. Akibatnya, rasa percaya diri menurun dan semakin sulit untuk bangkit kembali.

Baca Juga: Menyoal Isu PHK Massal Imbas Efisiensi Anggaran Negara, DPR Kritik Keras

Penulis menyoroti bahwa menghadapi PHK bukan hal yang mudah, terutama untuk pekerja perempuan yang memiliki tanggung jawab besar dalam ekonomi keluarga. PHK adalah kenyataan pahit yang dapat menimpa siapa saja, tanpa memandang jenis kelamin, usia, atau tingkat pengalaman.

Namun, bagi pekerja perempuan, dampak yang ditimbulkan dari kehilangan pekerjaan sering kali lebih kompleks dan berlapis. Bukan hanya soal kehilangan penghasilan, tetapi juga berbicara tentang tantangan sosial, psikologis, hingga hambatan untuk kembali menapaki dunia kerja. 

Penting bagi banyak pihak untuk memberikan ruang untuk perempuan kembali bekerja setelah terdampak PHK. Bukannya makin mempersulit perempuan untuk kembali berkarier dengan dalih 'batasan usia' atau 'status pernikahan' yang banyak terselip dalam persyaratan kerja yang diskriminatif. 

Terkait PHK di PT Sritex, Ahmad Luthfi yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah berjanji akan menindaklanjuti nasib karyawan yang terdampak PHK. Ia menjelaskan bahwa akan mengarahkan Balai Latihan Kerja (BLK) dan membantu untuk mendapatkan pekerjaannya kembali.

"Nanti kita vokasi. Jadi artinya kita akan siapkan BLK-BLK. Saya sudah koordinasi dengan tingkat kementerian untuk kita latih mereka yang PHK," ujar Ahmad Luthfi dikutip dari Kompas.com.

Bukan itu saja, Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Tengah, Ahmad Aziz juga menyebut semua karyawan yang terkena PHK akan difasilitasi kembali untuk mendapatkan pekerjaan.

"Bagi pekerja yang masih ingin di perusahaan lain kita arahkan ke sana," ujar Ahmad Aziz dikutip dari Kompas.com.

Dari penjelasan Ahmad Lutfi dan Ahmad Aziz, penulis berharap bahwa apa yang mereka sampaikan bukan sekedar 'janji-janji manis' belaka, melainkan benar-benar memberikan peluang kerja untuk pekerja perempuan yang terdampak.

Kalaupun sudah ada lapangan pekerjaan untuk pekerja yang terdampak PHK PT Sritex, penulis berharap agar pemerintah tidak berat sebelah alias memberikan peluang kerja hanya pada laki-laki yang dianggap sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah utama dibandingkan perempuan. Kenyataannya, perempuan juga memiliki andil besar dalam menyeimbangkan perekonomian keluarganya.

Baca Juga: Menilik Gelombang PHK di Industri Media: Mengapa Fenomena Ini Terjadi?

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Awas Asam Lambung, Ini Efek Minum Kopi Pagi Terlalu Dini bagi Tubuh