Parapuan.co - Kekerasan seksual yang melibatkan oknum kepolisian Kapolres Ngada, NTT, AKBP Fajar Widyadharma Lukman kini masih menjadi sorotan. Setelah kasusnya viral, Fajar ditetapkan sebagai tersangka karena mencabuli sejumlah anak di bawah umur.
Fajar juga dinyatakan melakukan empat pelanggaran yakni pemerkosaan terhadap anak di bawah umur, perzinaan tanpa ikatan yang sah, mengonsumsi narkoba, dan memproduksi video kekerasan seksual. Karena empat pelanggaran tersebut, AKBP Fajar akhirnya dipecat dari kepolisian dengan tidak hormat.
Perlu diingat, bahwa pelecehan seksual terhadap anak bisa memberikan dampak luar biasa terhadap korbannya. Menurut psikolog Danti Wulan Manunggal, kekerasan seksual yang dialami anak di bawah umum memberikan dampak serius termasuk bagi kesehatan mentalnya.
Apalagi, anak adalah kelompok rentan karena dianggap sebagai sosok yang lemah dan tidak berdaya. Anak-anak juga memiliki ketergantungan pada orang dewasa di sekitarnya. "Akan berdampak pada kesehatan mental anak yang menjadi korban, karena umumnya pelaku kekerasan seksual dan korban hidup di satu lingkungan," ujar Danti dikutip dari Kompas.com.
Diingatkan juga olehnya bahwa ketika anak mengalami kekerasan seksual tersebut, anak tidak menyadari mereka telah menjadi korban. Hal ini pun bukan hanya menyebabkan trauma, tapi juga membuat anak bisa mengalami perubahan sifat yang drastis dan merasa dirinya tidak berharga.
Sementara merujuk dari laman Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur, ada sebelas dampak kekerasan seksual pada anak di bawah umur seperti:
1. Gangguan Emosi
Anak menjadi lebih sering sedih atau marah, sulit tidur, bermimpi buruk, memiliki rasa percaya diri yang rendah, ingin melukai diri sendiri, atau bahkan keinginan untuk bunuh diri.
2. Kurang Memiliki Kepercayaan dan Sulit Menjalin Hubungan
Baca Juga: Kekerasan Anak dan Pentingnya Dukungan Psikososial Cerdas Berinternet
Anak yang pernah menjadi korban kekerasan seksual akan lebih sulit percaya pada orang, termasuk pada orang tuanya sendiri. Hal ini juga dapat menyebabkan anak kesulitan dalam menjalin hubungan, atau bahkan menciptakan hubungan yang tidak sehat di masa depan.
Kondisi ini berisiko membuat mereka merasa kesepian. Lebih jauh lagi, banyak korban kekerasan anak yang mengalami kegagalan dalam membina hubungan asmara dan pernikahan pada saat dewasa.
3. Memiliki Perasaan Tidak Berharga
Anak yang mendapat kekerasan juga akan memiliki perasaan bahwa dirinya tidak berharga. Hal ini dapat membuat anak mengabaikan pendidikannya dan hidupnya menjadi rusak dengan rasa depresi, terutama pada korban kekerasan seksual.
4. Sulit Mengatur Emosi
Kekerasan pada anak juga dapat membuat mereka kesulitan mengatur emosinya. Anak akan kesulitan mengekspresikan emosi dengan baik hingga membuat emosinya tertahan dan keluar secara tak terduga. Bahkan saat dewasa, dapat mengalihkan depresi, kecemasan, atau kemarahannya dengan mabuk-mabukan atau mengonsumsi narkoba.
5. Merusak Perkembangan Otak dan Sistem Saraf
Efek kekerasan pada anak juga dapat memengaruhi struktur dan perkembangan otak, hingga terjadi penurunan fungsi otak di bagian tertentu. Hal tersebut berpotensi menimbulkan efek jangka panjang, mulai dari penurunan prestasi akademik, hingga gangguan kesehatan mental pada saat dewasa.
Baca Juga: Menguak Perilaku Keji Oknum Polisi NTT atas Kasus Kekerasan Seksual Anak di Bawah Umur
6. Melakukan Tindakan Negatif
Anak yang mendapat kekerasan lebih mungkin melakukan tindakan negatif, seperti tingkat agresi yang tinggi, merokok, konsumsi alkohol berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, putus sekolah, dan terlibat hubungan seksual berisiko tinggi.
7. Luka atau Cedera
Kekerasan fisik pada anak dapat menyebabkan luka atau cedera. Karena terlalu emosi, orang tua mungkin tidak menyadari bahwa penyerangan fisik yang dilakukannya bisa melukai anak.
8. Risiko Kematian
Dampak kekerasan pada anak lainnya yang mungkin terjadi adalah kematian. Apabila orang tua melakukan kekerasan pada anak yang masih belum bisa membela diri, bisa saja orang tua terlalu keras memukul atau menyakiti anak, hingga anak kehilangan nyawa.
Tak hanya itu, meskipun anak sudah memasuki usia remaja, dampak kekerasan pada anak yang satu ini pun masih tetap masih bisa terjadi. Apalagi jika orang tua tidak dapat mengontrol amarahnya yang mungkin bisa berakibat fatal bagi anak.
9. Memiliki Risiko Gangguan Kesehatan
Efek kekerasan pada anak juga dapat memengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang anak. Korban kekerasan anak berisiko mengalami gangguan kesehatan yang lebih tinggi, baik secara psikis maupun fisik, pada saat mereka tumbuh dewasa.
Baca Juga: Menjadi Masyarakat yang Proaktif Mencegah dan Menghentikan Kekerasan Seksual
Trauma akibat kekerasan pada anak bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami asma, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, obesitas, hingga kecenderungan untuk mengonsumsi alkohol berlebih dan menggunakan narkoba.
10. Menjadi Pelaku Kekerasan pada Anak atau Orang Lain
Saat anak korban kekerasan menjadi orang tua atau pengasuh, mereka berisiko melakukan hal yang sama pada anak. Siklus ini dapat terus berlanjut jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat untuk mengatasi trauma.
11. Berisiko Mengalami Gangguan Mental saat Dewasa
Seseorang yang menjadi korban kekerasan saat masa kanak-kanan akan berisiko mengalami gangguan mental saat beranjak dewasa seperti depresi, gangguan makan, serangan panik, keinginan bunuh diri, gangguan stres pasca trauma (PTSD), dan kualitas hidup yang lebih rendah.
(*)