Apakah Kawan Puan Seorang Shopaholic? Yuk, Kenali Tanda-Tandanya

Arintha Widya - Selasa, 15 April 2025
Tanda-tanda kamu seorang shopaholic
Tanda-tanda kamu seorang shopaholic Freepik

Parapuan.co - Berbelanja memang menyenangkan. Tapi jika aktivitas ini berubah menjadi kebiasaan yang sulit dikendalikan, bisa jadi itu pertanda Kawan Puan mengalami shopping addiction atau compulsive buying disorder (CBD) alias shopaholic.

Menurut psikolog dan pakar fashion, ada sejumlah tanda yang harus kamu waspadai jika berbelanja berlebihan. Berikut enam tanda umum individu mungkin sudah jadi shopaholic seperti melansir The Telegraph!

1. Punya Banyak Barang dengan Jenis yang Sama

Apakah kamu punya banyak kaus putih, celana jeans, atau sweater biru tua hanya karena merasa belum menemukan versi yang "sempurna"? Ini bisa jadi pertanda kamu terlalu terobsesi mencari "basic item" ideal yang sebenarnya sudah kamu miliki.

"Kadang membeli beberapa versi dari barang yang sama itu masuk akal, terutama untuk pakaian dalam," ujar Kay Barron, direktur fashion Net-A-Porter. "Tapi hanya lakukan itu jika barangnya benar-benar sering dipakai. Kalau tidak, itu sama sekali tidak perlu. Rawat pakaianmu dengan baik, satu saja sudah cukup."

2. Sering Menutupi Jumlah Uang yang Dihabiskan

Kalau kamu merasa malu atau menghindari menjawab saat ditanya berapa banyak uang yang sudah dikeluarkan, bisa jadi ada rasa bersalah di balik kebiasaan belanjamu.

Bahkan jika kamu hanya berbohong pada diri sendiri, itu adalah sinyal yang tidak sehat. Apalagi jika kamu mulai bergantung pada skema Buy Now Pay Later (BNPL), dan takut mengecek saldo rekening sendiri.

"Jangan pura-pura barang yang kamu beli lebih murah dari kenyataannya, hanya karena pembayarannya dicicil," tulis artikel tersebut. Ini bisa menjerumuskan kamu ke dalam utang tanpa disadari.

Baca Juga: Hindari Paylater, Pertimbangkan 7 Hal Ini sebelum Membeli Barang Mahal

3. Punya Hubungan Aneh dengan Kurir Pengantar Paket

Jika kamu tahu nama dan jadwal tetap kurir langgananmu, mungkin saatnya introspeksi. Mengeluh berlebihan ketika paket datang terlambat atau tidak sesuai ekspektasi juga bisa menandakan kamu terlalu menggantungkan emosi pada aktivitas belanja.

"Kita sering berbelanja untuk mengatasi emosi negatif seperti stres, kecemasan, kesepian, atau depresi," kata Dr. Carolyn Mair, psikolog dan penulis The Psychology of Fashion. "Jika belanja menjadi candu, perasaan senang saat membeli akan segera digantikan rasa bersalah atau malu, dan siklus ini akan terus berulang."

4. Kotak Masuk Email Penuh Promosi Belanja

Jika sebagian besar email kamu berisi newsletter dari merek pakaian atau kosmetik, kamu mungkin terlalu sering mengecek diskon dan peluncuran produk baru. Ini bisa jadi pemicu belanja impulsif yang sulit dikendalikan. Solusinya? Unsubscribe semua itu.

5. Menggunakan Alasan 'Karena Aku Layak' Terlalu Sering

Iklan L’Oreal memang terkenal dengan slogan “Because you’re worth it”, tapi jika kamu menggunakan alasan ini setiap kali membeli barang mahal yang sebenarnya tidak perlu, itu tanda kamu sedang mencoba membenarkan kebiasaan konsumtif yang berlebihan.

"Banyak pembeli kompulsif meyakinkan diri bahwa barang-barang tertentu akan meningkatkan harga diri mereka," ujar Carolyn Mair. "Tapi meski memang ada efek positif, manfaat itu hanya bersifat sementara."

6. Belanja Jadi Aktivitas Utama

Baca Juga: Catat, Cara Cegah Belanja Berlebihan sebagai Resolusi Keuangan 2024

Kalau kamu lebih memilih pergi ke mal daripada bertemu teman atau melakukan hobi, ini pertanda serius.

"Dari sudut pandang psikologis, seorang shopaholic akan menunjukkan perilaku belanja yang berlebihan dan terus-menerus, yang akhirnya menyebabkan masalah emosional, finansial, bahkan sosial," jelas Mair.

Pikiran tentang belanja bisa menjadi dominan dan mengganggu kegiatan sehari-hari. Mereka jadi kurang tertarik bersosialisasi atau melakukan kegiatan lain yang tidak melibatkan belanja.

Bagaimana Mengatasi Kebiasaan Ini?

Menurut Dr. Mair, solusinya adalah mengganti kesenangan jangka pendek dengan pemenuhan yang lebih bermakna.

Salah satu langkah awalnya adalah melacak pemicu belanja. "Tanyakan pada diri sendiri: 'Apakah aku benar-benar butuh ini?'" katanya.

Carolyn Mair juga menambahkan, "Terapkan masa tunggu sebelum membeli, dan pikirkan apa saja alternatif penggunaan uang itu. Ini bisa menggantikan kesenangan sesaat dengan imbalan jangka panjang yang lebih memuaskan."

Apakah Kawan Puan memiliki tanda-tanda di atas? Coba aplikasikan tips dari Dr.Carolyn Mair untuk mengatasinya!

Baca Juga: Hindari Belanja Berlebihan, Ini Dampak Konsumerisme terhadap Lingkungan dan Ekonomi

(*)

Sumber: The Telegraph
Penulis:
Editor: Arintha Widya