Stres bisa memperburuk kondisi PCOS atau rahim bikornuata. Teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, atau terapi kognitif dapat membantu mengurangi kecemasan dan stres emosional. Menghadapi ketidakpastian mengenai kesehatan reproduksi bisa sangat menantang, sehingga dukungan psikologis atau bergabung dalam grup dukungan bisa sangat bermanfaat.
5. Pemantauan dengan aplikasi pelacak menstruasi
Menggunakan aplikasi pelacak siklus menstruasi dapat membantu memantau perdarahan, gejala, dan siklus ovulasi. Ini membantu dalam mendeteksi perubahan yang mungkin memerlukan perhatian medis lebih lanjut.
6. Prosedur medis atau bedah
Dalam kasus PCOS yang lebih parah atau jika perawatan hormon tidak efektif, prosedur medis seperti laparoskopi untuk pengangkatan kista atau terapi pengurangan berat badan melalui pembedahan mungkin diperlukan.
Baca Juga: Menarche Dini: Mengapa Anak Perempuan Sekarang Menstruasi Lebih Cepat?
Sedangkan untuk penderita rahim bikornuat, gejala seperti perdarahan berkepanjangan atau kesulitan hamil terus berlanjut, beberapa prosedur bedah dapat dilakukan untuk memperbaiki atau mengangkat sebagian jaringan rahim, meskipun ini jarang diperlukan.
7. Pentingnya edukasi dan penyuluhan kesehatan
Meningkatkan pemahaman tentang PCOS dan rahim bikornuata sangat penting, baik bagi penderita maupun masyarakat luas. Edukasi dapat membantu mengurangi stigma, mendukung perempuan untuk mencari bantuan medis lebih awal, dan memahami kondisi mereka dengan lebih baik.
Dengan perawatan yang tepat dan pendekatan yang holistik, banyak perempuan yang dapat mengelola gejala PCOS atau rahim bikornuata dengan baik, dan bahkan meningkatkan peluang mereka untuk hamil atau menjalani kehidupan yang lebih sehat.
Dari perspektif perempuan, pengalaman ini sangat personal. Kita dibesarkan dalam sistem yang sering mengabaikan keluhan tubuh perempuan, dan mengagungkan ketahanan sebagai bentuk kemuliaan. Namun, Poppy mengajarkan bahwa memahami tubuh bukan kelemahan, melainkan bentuk cinta diri.
Selain itu, penting juga untuk menyoroti bagaimana akses terhadap layanan kesehatan reproduksi masih timpang. Sayangnya, tidak semua perempuan punya kemewahan untuk berkonsultasi ke dokter spesialis, melakukan pemeriksaan hormon, atau bahkan sekadar membeli pembalut yang layak setiap bulan. Ketimpangan ini memperparah beban yang harus ditanggung perempuan.
Perempuan juga perlu menciptakan ruang-ruang aman, baik secara daring maupun luring, untuk bisa berbagi pengalaman tubuh tanpa stigma. Media sosial, blog pribadi, hingga forum komunitas bisa menjadi sarana untuk saling menguatkan dan memberikan informasi yang valid.
Baca Juga: Menstruasi Selesai Lebih Cepat dari Biasanya, Apakah Berbahaya?
(*)
Celine Night