Kisah Perempuan Alami Haid 1.000 Hari Tanpa Henti, Apa Penyebabnya?

Tim Parapuan - Kamis, 17 April 2025
Haid seribu hari tanpa henti, apa penyebabnya?
Haid seribu hari tanpa henti, apa penyebabnya? Freepik

Parapuan.co - Menstruasi adalah sesuatu yang sudah biasa bagi perempuan karena berulang di setiap bulannya setelah mencapai usia tertentu (mulai remaja). Namun, bagi sebagian perempuan, siklus ini bisa berubah menjadi pengalaman yang menyiksa, berkepanjangan, dan membingungkan.

Hal ini dirasakan oleh Poppy, seorang perempuan asal Amerika Serikat yang mengalami menstruasi selama 1.000 hari tanpa henti. Suatu keadaan yang tak lazim, mengingat siklus mestruasi normalnya berlangsung antara 2-7 hari, dengan jeda waktu 21-35 hari. 

Mengutip laporan dari Kompas.com, kisah Poppy mengalami perdarahan menstruasi dimulai hampir 3 tahun yang lalu. Awalnya Poppy menstruasi selama dua pekan tanpa henti, ia juga sempat berpikir bahwa tubuhnya mengalami kerusakan permanen, dan akhirnya mencari bantuan medis. 

Yang membuat kondisi ini semakin rumit adalah, ketika tenaga medis sendiri tidak bisa langsung memberikan penjelasan atau diagnosis yang akurat. Setelah berkonsultasi ke beberapa dokter, dan menjalani berbagai tes, ia akhirnya didiagnosis mengalami Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), atau sindrom ovarium polikistik.

Namun, diagnosis PCOS bukan akhir dari perjuangan. Poppy tetap mengalami perdarahan abnormal meskipun hasil tes hormon dan pap smear menunjukkan kondisi normal.

Poppy menyebut bahwa para dokter menduga penyebab utama perdarahan bukan hanya PCOS, tetapi kemungkinan besar akibat ketidakseimbangan hormon yang tidak terdeteksi secara spesifik.

Belakangan, Poppy mengungkap bahwa dirinya memiliki kelainan bentuk rahim yang disebut rahim bikornuata, atau rahim berbentuk hati, yang merupakan sebuah kondisi bawaan yang dapat menyebabkan gangguan menstruasi, nyeri hebat, bahkan komplikasi kehamilan.

Rahim bikornuata merupakan kondisi yang terjadi ketika rahim tidak terbentuk secara sempurna, selama masa perkembangan janin, sehingga menghasilkan dua rongga rahim yang menyerupai bentuk hati.

Baca Juga: Ini Kunci Penting Memahami Kesehatan Perempuan dengan Melacak HRV dan Siklus Menstruasi

 

Banyak perempuan tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi ini hingga mengalami masalah serius seperti nyeri haid ekstrem, perdarahan berkepanjangan, atau kesulitan hamil.

Dalam kasus Poppy, diagnosis rahim bikornuata baru terungkap setelah berbagai tes dilakukan, dan berkonsultasi dengan sejumlah dokter. Para tenaga medis menduga bahwa bentuk rahim yang tidak normal inilah yang menjadi penyebab utama perdarahannya, lebih dari sekadar gangguan hormon atau PCOS.

Secara emosional, kondisi ini jelas menimbulkan tekanan luar biasa. Poppy harus terus menjalani hidup sambil berdarah setiap hari, sambil mengerjakan pekerjaan, bersosialisasi, dan menjalani kehidupan pribadi.

Ia mengalami kelelahan kronis, anemia, dan tekanan mental akibat tidak kunjung menemukan penyebab pasti. Frustrasi dan ketidakpastian menjadi bagian dari kesehariannya, karena bahkan dengan diagnosis sekalipun, solusi medis yang tersedia masih terbatas.

Hingga kini, ia masih dalam proses mencari perawatan yang benar-benar efektif dan menjawab semua pertanyaannya. Poppy mengaku mulai melacak siklus dan gejala yang ia alami setiap hari menggunakan aplikasi pelacak menstruasi.

PCOS sendiri bukan penyakit baru bagi perempuan. Data dari World Health Organization (WHO), menunjukkan bahwa 1 dari 10 perempuan usia reproduktif mengidap PCOS. Gejalanya beragam, mulai dari haid tidak teratur, jerawat parah, pertumbuhan rambut berlebih, hingga kesulitan hamil.

Namun, karena tidak semua gejala terlihat mencolok, banyak perempuan yang baru mendapatkan diagnosis setelah bertahun-tahun. Mengutip jurnal National Library of Medicine, berikut beberapa cara yang dapat membantu perempuan yang mengalami PCOS dan rahim bikornuata.

1. Konsultasi dengan dokter spesialis

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan (ginekolog) atau endokrinologi untuk diagnosis yang tepat. Pemeriksaan hormon dan USG ovarium adalah langkah awal untuk mengetahui kondisi ovarium dan siklus menstruasi.

Baca Juga: Selain karena Usia, Apa Penyebab Darah Menstruasi Semakin Sedikit?

Jika memiliki rahim bikornuata, periksakan ke dokter kandungan atau spesialis reproduksi. Dokter dapat melakukan pemeriksaan USG atau MRI untuk memetakan kondisi rahim dan memberikan opsi perawatan yang sesuai.

2. Perawatan hormon dan pengaturan siklus

Obat-obatan seperti pil kontrasepsi dapat membantu menyeimbangkan kadar hormon dan mengatur siklus menstruasi yang tidak teratur. Penggunaan obat insulin juga bisa disarankan untuk menangani resistensi insulin yang sering terjadi pada PCOS. Namun, semua penggunaan obat tersebut harus berdasarkan resep dokter.

Perawatan hormon juga bisa membantu mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. Pada beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan progesteron untuk menstabilkan perdarahan.

3. Pengaturan pola makan dan gaya hidup

Diet sehat dengan makanan rendah glikemik dan kaya akan serat bisa membantu menurunkan kadar gula darah dan mengurangi gejala PCOS. Mengurangi berat badan yang berlebihan juga bisa sangat membantu mengatur siklus menstruasi dan meningkatkan kesuburan.

Mengadopsi pola makan yang seimbang, kaya akan antioksidan, dan makanan yang mendukung kesehatan rahim dapat membantu mengurangi gejala, seperti peradangan atau nyeri yang berhubungan dengan kelainan ini.

4. Manajemen stres dan kesehatan mental

Stres bisa memperburuk kondisi PCOS atau rahim bikornuata. Teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, atau terapi kognitif dapat membantu mengurangi kecemasan dan stres emosional. Menghadapi ketidakpastian mengenai kesehatan reproduksi bisa sangat menantang, sehingga dukungan psikologis atau bergabung dalam grup dukungan bisa sangat bermanfaat.

5. Pemantauan dengan aplikasi pelacak menstruasi

Menggunakan aplikasi pelacak siklus menstruasi dapat membantu memantau perdarahan, gejala, dan siklus ovulasi. Ini membantu dalam mendeteksi perubahan yang mungkin memerlukan perhatian medis lebih lanjut.

6. Prosedur medis atau bedah

Dalam kasus PCOS yang lebih parah atau jika perawatan hormon tidak efektif, prosedur medis seperti laparoskopi untuk pengangkatan kista atau terapi pengurangan berat badan melalui pembedahan mungkin diperlukan.

Baca Juga: Menarche Dini: Mengapa Anak Perempuan Sekarang Menstruasi Lebih Cepat?

Sedangkan untuk penderita rahim bikornuat, gejala seperti perdarahan berkepanjangan atau kesulitan hamil terus berlanjut, beberapa prosedur bedah dapat dilakukan untuk memperbaiki atau mengangkat sebagian jaringan rahim, meskipun ini jarang diperlukan.

7. Pentingnya edukasi dan penyuluhan kesehatan

Meningkatkan pemahaman tentang PCOS dan rahim bikornuata sangat penting, baik bagi penderita maupun masyarakat luas. Edukasi dapat membantu mengurangi stigma, mendukung perempuan untuk mencari bantuan medis lebih awal, dan memahami kondisi mereka dengan lebih baik.

Dengan perawatan yang tepat dan pendekatan yang holistik, banyak perempuan yang dapat mengelola gejala PCOS atau rahim bikornuata dengan baik, dan bahkan meningkatkan peluang mereka untuk hamil atau menjalani kehidupan yang lebih sehat.

Dari perspektif perempuan, pengalaman ini sangat personal. Kita dibesarkan dalam sistem yang sering mengabaikan keluhan tubuh perempuan, dan mengagungkan ketahanan sebagai bentuk kemuliaan. Namun, Poppy mengajarkan bahwa memahami tubuh bukan kelemahan, melainkan bentuk cinta diri.

Selain itu, penting juga untuk menyoroti bagaimana akses terhadap layanan kesehatan reproduksi masih timpang. Sayangnya, tidak semua perempuan punya kemewahan untuk berkonsultasi ke dokter spesialis, melakukan pemeriksaan hormon, atau bahkan sekadar membeli pembalut yang layak setiap bulan. Ketimpangan ini memperparah beban yang harus ditanggung perempuan.

Perempuan juga perlu menciptakan ruang-ruang aman, baik secara daring maupun luring, untuk bisa berbagi pengalaman tubuh tanpa stigma. Media sosial, blog pribadi, hingga forum komunitas bisa menjadi sarana untuk saling menguatkan dan memberikan informasi yang valid.

 Baca Juga: Menstruasi Selesai Lebih Cepat dari Biasanya, Apakah Berbahaya?

(*)

Celine Night