Parapuan.co - Enggak terasa pandemi COVID-19 sudah berlangsung di Indoesia hampir satu tahun ya, Kawan Puan.
Selain menciptakan kebiasaan baru seperti menggunakan masker dan jaga jarak, pandemi COVID-19 ini juga membawa sejumlah dampak bagi kehidupan kita. Mulai dampak ekonomi sampai hal lain yang terkait dengan kesehatan mental kita.
Meski enggak terlalu dirasakan, tetapi takut berlebihan terhadap virus corona ternyata termasuk fobia jenis baru, lho. Kecemasan baru ini disebut dengan coronaphobia.
Apa sebenarnya coronaphobia? Intip penjelasan selengkapnya, yuk!
Baca Juga: Cocok Buat yang WFH, Tempelkan Kaki ke Tembok Sebelum Tidur Bisa Beri Manfaat Luar Biasa, Yuk Cobain
Apa itu Coronaphobia?
Dilansir dari Health, coronaphobia merupakan respon yang dipicu secara berlebihan karena takut tertular virus yang menyebabkan Covid-19.
Respon tersebut menyebabkan kekhawatiran berlebihan yang disertai gejala fisiologis, stres yang signifikan tentang virus corona.
Menurut Lily Brown, PhD, direktur Center for the Treatment and Study of Anxiety di University of Pennsylvania, kalau kamu mulai mengalami kesulitan memenuhi komitmen atau menyelesaikan tugas yang harus dilakukan karena takut tertular virus atau khawatir orang yang kamu cintai akan sakit, ini mungkin indikasi bahwa kamu menderita coronaphobia.
Sebagai contoh, Kawan Puan memilih untuk tidak pergi berbelanja kebutuhan pokok di supermarket karena takut tertular virus tersebut. Padahal kebutuhan pokok terutama makanan sangat penting bagi tubuh kita.
Enggak heran coronaphobia dapat mengganggu kualitas hampir seluruh aktivitas individu.
Perempuan lebih banyak cemas
Masih dilansir dari sumber yang sama, penelitian Brown menunjukkan bahwa rata-rata perempuan melaporkan lebih banyak kecemasan daripada laki-laki selama pandemi.
Hal ini disebabkan karena berbagai alasa; termasuk fakta bahwa perempuan memiliki kecemasan yang lebih besar daripada laki-laki tentang anggota keluarga yang sakit atau kekhwatiran mereka sendiri yang bisa jadi secara tidak sengaja menyebarkan virus.
Brown juga menemukan bahwa orang-orang yang lebih muda mengalami peningkatan kecemasan. Bukan hanya karena virus itu sendiri tetapi karena efek pandemi yang tidak pasti terhadap masa depan mereka.
Baca Juga: Terus-terusan Merasa Lelah Sepanjang Hari? Waspada Bisa Jadi Idap Penyakit Berbahaya Ini
Selain takut pada virus dan pada masa depan yang tidak pasti, menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial juga bisa menimbulkan kecemasan.
Mengonsumsi lebih banyak media secara umum juga dapat meningkatkan kecemasan tentang pandemi; padahal hal tersebut tidak bisa dihindarkan mengingat kita terkoneksi dengan banyak orang melalui media sosial.
Apa ciri-ciri Coronaphobia?
Melansir Metro UK, penelitian terbaru yang dipublikasikan European Journal Of Neurology mendapati seseorang dengan coronaphobia cenderung melakukan aktivitas membersihkan masker hingga tiga kali sehari.
Enggak hanya itu, mereka biasanya menunjukkan aktivitas berulang seperti mencuci atau membersihkan tangan berulang kali.
Menjaga kesehatan fisik selama pandemi memang sangat penting, Kawan Puan. Tetapi jangan lupakan kesehatan mental kita juga. Apabila kita takut berlebihan terhadap virus ini hingga menghambat pekerjaan, sebaiknya konsultasi pada ahli, yuk!
Menemui dokter atau terapis yang berspesialisasi dalam terapi perilaku kognitif (CBT) dapat secara efektif mengobati kecemasan.
Tetapi jika dirasa belum perlu kita bisa mengatasi stres selama pandemi dengan meluangkan waktu untuk bersantai dan tetap terhubung dengan orang lain baik secara virtual.
Brown menambahkan, ini terlihat membingungkan bagi orang-orang. Secara tidak sengaja orang-orang diberitahu bahwa kecemasan mereka merupakan masalah daripada virus itu sendiri.
(*)
Baca Juga: Waduh! Perempuan Punya Risiko Lebih Tinggi Terserang Penyakit Jantung