Vaginismus Bisa Terjadi pada Siapa Saja, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Ratu Monita - Senin, 8 Maret 2021
Ilustrasi
Ilustrasi Freepik

Baca Juga: Kesal Ditanya Soal Momongan Ini Jawaban Kesha Ratuliu, Begini Tips Menghadapi Pertanyaan 'Kapan Punya Anak?'

Dengan terapi ini kamu dapat memahami otot-otot yang terlibat saat vaginismus.

Konseling ini juga tak hanya melibatkan Kawan Puan, namun juga pasangan kamu.

Konselor juga akan memfokuskan pada gangguan seksual yang mungkin terjadi.

Sesi konseling juga bisa dilakukan dengan metode relaksasi dan hipnoterapi yang dapat meningkatkan rasa nyaman Kamu saat tengah berhubungan intim.

Baca Juga: Perhatikan 8 Tanda Kamu dan Pasangan Butuh Ke Konselor Pernikahan

2. Dilator vagina

Biasanya dokter dan konselor akan merekomendasikan terapi dengan dilator vagina.

Hal ini dilakukan tentu diizinkan dengan pengawasan langsung oleh para ahlinya.

Perawatan ini dilakukan dengan menempatkan dilator berbentuk kerucut di vagina, kemudian alat tersebut akan semakin membesar.

Dengan begitu, otot-otot vagina akan meregang dan menjadi fleksibel.

Setelah selesai melakukan perawatan ini, kamu dan pasangan dapat mencoba kembali berhubungan intim.

Baca Juga: Rayakan Hari Perempuan Internasional, UNIQLO dan UNHCR Ajak Pengungsi Perempuan dalam Upcycling Project

3. Terapi fisik

Kalau Kawan Puan mengalami kesulitan saat mengenakan dilator, lakukan rujukan kepada ahli terapi yang memiliki spesialisasi dasar panggul.

Dengan begitu, mereka akan membantu kamu dalam mempelajari cara menggunakan dilator dan juga mengenai teknik relaksasi yang mendalam

Hal yang dilakukan pasangan saat vaginismus

Gangguan seksual tentu akan mengganggu hubungan dengan pasangan.

Oleh sebab itu, dibutuhkan sikap proaktif dari pasangan serta tidak segan untuk mencari perawatan yang tepat untuk mengatasi vaginismus.

Baca Juga: Awas Telat! 3 Makanan Ini Bisa Bikin Siklus Menstruasi Tidak Teratur

Perlu diingat bagi Kawan Puan, vaginismus bukan suatu hal yang memalukan, sehingga jika kamu mengalaminya, cobalah terbuka dengan pasangan.

Bicarakan dengan pasangan mengenai perasaan dan ketakutan tentang hubungan intim demi keutuhan hubungan.

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?