Parapuan.co - Bagi Kawan Puan yang sudah memiliki buah hati, pernah enggak sih kalian merasa adanya perubahan emosi atau pun suasana hati?
Misalnya anak yang awalnya ceria, tiba-tiba sedih, dan marah.
Baca Juga: Setahun PJJ, Tantangan Baru Kehilangan Pembelajaran hingga Dampak Penurunan Pendidikan Anak
Sebagai orang tua pastinya kamu sempat merasa bingung kan Kawan Puan, karena mood anak tidak stabil.
Mengetahui hal tersebut PARAPUAN punya lima cara untuk menghadapi emosi anak.
Melansir dari berbagai sumber, berikut ini caranya, yuk simak:
1. Memantau emosi anak
Mengutip dari laman resmi Sahabat Keluarga Kemendikbud, sebagai orang tua, coba Kawan Puan tanyakan apa saja aktivitas yang sudah dilakukan anak di sepanjang hari.
Selanjutnya tanyakan lagi apa yang dirasakan si buah hati.
Minta ia untuk merangkum dan menilai sendiri tentang bagaiamana perbuatan yang sudah dilakukannya.
Baik atau tidak, lalu apa emosi yang dirasakan ketika beraktivitas baik dengan teman, keluarga, maupun diri sendiri.
2. Memberi label emosi
Emosi itu tidak tentang rasa marah saja ya, Kawan Puan.
Emosi itu ada berbagai macam, emosi positif diantaranya adalah rasa senang, cinta, bangga, dan rasa antusias.
Sedangkan emosi negatif diantaranya terdiri dari rasa marah, sedih, bersalah, dan cemas.
Nah, Kawan Puan dengan begitu kamu bisa memperkenalkan anak dengan berbagai bentuk emosi.
Jadi ketika anak menceritakan aktivitas hariannya, anak semakin memahami dirinya sendiri dan mengerti emosi yang dirasakan.
3. Belajar dari emosi
Masih dari sumber yang sama, tak hanya memberi label emosi saja, tapi Kawan Puan perlu mengajarkan kepada anak cara menghadapi dan mengelola emosi.
Melansir dari Very Well Family, ajarkan pengaturan emosi pada anak.
Supaya saat ada emosi negatif yang timbul, anak masih bisa mengendalikannya dan belajar untuk menenangkan diri.
Agar anak tenang, Kawan Puan bisa ajarkan latihan sederhana pada anak tentang latihan pernapasan.
4. Munculkan imajinasi positif
Salah satu peran utama orang tua adalah memicu anak untuk selalu imajinasi positif.
Kawan Puan perlu mengetahui bahwa anak adalah manusia terhebat dalam membentuk imajinasi.
Maka dari itu tanamkanlah segala hal dan harapan positif di benak anak.
Contoh sederhananya adalah memberi pengertian bahwa sekolah adalah tempat yang seru, anak bisa belajar, bertemu, dan bermain bersama teman-teman.
Baca Juga: Paula Verhoeven Hamil Anak Kedua, Begini Cara Siapkan Si Sulung Jadi Kakak
5. Posisikan sebagai subjek dan objek
Kita sebagai orangtua itu harus memposisikan diri sebagai subjek atau pun objek tergantung pada situasi yang dihadapi.
Orang tua sebagai subjek karena selalu berada di posisi orang yang paling menyayangi anak.
Sedangkan arti dari orang tua sebagai objek yakni selalu ada dan siaga kapan pun anak membutuhkan perlindungan dan kenyamanan anak.
Mengutip dari village-education.com sebagai orangtua pastikan kamu selalu ada di samping anak.
Namun tetap beri kebabasan pada anak, beri mereka ruang untuk membuat keputusan sendiri
Ingat ya Kawan Puan, jangan sampai ada orang lain yang menggantikan posisi kita sebagai orangtua.
Sebab, dengan ikatan yang terjalin baik antara orangtua dan anak maka hubungan anak dan orangtua akan semakin erat dan keuarga selalu menjadi tempat teduh pertama. (*)