Jangan Asal Pecat, Begini Cara yang Tepat dan Manusiawi PHK Karyawan

Arintha Widya - Rabu, 14 April 2021
ilustrasi melamar pekerjaan
ilustrasi melamar pekerjaan foto: freepik.com (free resources)

Parapuan.co - Pemberhentian hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan.

Terkadang, manajer yang bimbang menentukan sikap, hanya menjadikan pengurangan karyawan, penataan kembali, serta reformasi jabatan sebagai alasan PHK.

Padahal, alasan semacam itu justru akan memperburuk keadaan lantaran menimbulkan kesan kurang baik terhadap karyawan yang diberhentikan.

Baca Juga: Syarat dan Langkah Daftar Gofood untuk Usaha Kuliner Selama Ramadhan

Mengatakan hal-hal seperti, "Kami sedang menata ulang fungsi dan tim agar sesuai dengan prioritas bisnis."

Atau, "Kami telah menentukan apa yang kami yakini sebagai keputusan yang tepat untuk mengurangi tenaga kerja," bukanlah ungkapan yang tepat.

Pasalnya, ungkapan itu secara tidak langsung sama seperti mengatakan seorang karyawan tidak bekerja dengan cukup baik selama berada di perusahaan.

Baca Juga: Harga Bahan Pokok Naik, Yuk Simak 4 Tips Berbelanja Selama Ramadan

Melansir Huffington Post, bukan hanya kalimat tersirat semacam itu yang dianggap kurang tepat untuk memberhentikan karyawan.

Akan tetapi, ungkapan yang terlalu berbasa-basi, semisal menanyakan berbagai hal termasuk kondisi keluarga dan lain-lain sebelum memecat karyawan juga tidak tepat untuk dilakukan.

Lantas, bagaimana sebaiknya pimpinan bersikap ketika hendak memberhentikan karyawannya agar lebih manusiawi?

Terlepas dari bagaimana bahasa penyampaian yang diungkapkan, yang paling penting diperhatikan adalah kondisi karyawan itu sendiri.

Baca Juga: Perusahaan Wajib Bayar THR Penuh, Bagaimana dengan yang Masih Terdampak?

Pastikan ketika seorang karyawan di-PHK, tidak ada pihak ketiga yang mendengar pembicaraan dan mengetahui topiknya.

Menggunakan Bahasa Langsung dan Alasan yang Jujur

Alih-alih menyampaikan secara tersirat karena takut membuat karyawan tersinggung, mengatakan alasan langsung dan jujur bisa jadi lebih baik.

Sandra Sucher, seorang profesor manajemen di Harvard Business School yang sudah melakukan riset tentang PHK mengatakan, cara semacam itu bisa menangani proses PHK dengan tepat.

Baca Juga: Enggak Perlu Modal Besar, Ini Keuntungan Menjadi Dropshipper

Manajer atau pimpinan perusahaan bisa dengan jujur mengatakan, "Kamu akan terpengaruh oleh semua ini."

Lebih lanjut, Sandra menyarankan agar ungkapan semacam itu diikuti pula dengan usulan atau solusi bagaimana karyawan yang di-PHK akan mendapatkan pekerjaan baru.

Salah satunya dengan membantu si karyawan pindah.

"Ini yang akan kami lakukan. Kami akan melakukan sesuatu untuk membantumu pindah," kata Sandra memberi contoh.

Baca Juga: Tips Atur Keuangan Bisnis Rumahan Jelang Ramadhan Ala Prita Ghozie

Menentukan Waktu dan Suasana yang Tepat

Tak hanya bahasa yang baik dan cara penyampaian yang halus, timing atau pemilihan waktu juga perlu diperhatikan sebelum memecat karyawan.

Jangan sampai memecat karyawan ketika ia masih berkabung atau baru saja kembali bekerja setelah sakit.

Juga, pastikan sebagai atasan, kamu tetap memberinya dukungan untuk pekerjaan yang lebih baik nantinya.

Baca Juga: Dijamin Untung! Ini 3 Inspirasi Bisnis Praktis untuk Ibu Rumah Tangga

Dan yang paling ditunggu-tunggu, berikan pesangon yang jumlahnya manusiawi, setidaknya bisa dimanfaatkan sampai karyawan mendapatkan pekerjaan baru.

Hal ini penting mengingat setelah dipecat, seorang karyawan baru saja kehilangan sumber pendapatan utamanya.

"Kemungkinan besar, karyawan yang di-PHK kehilangan sumber pendapatan utama, yang akan berdampak nyata bagi karyawan dan keluarganya," terang Keni Domiguez, seorang konsultan hubungan masyarakat.

Baca Juga: Catat! Ini 6 Cara untuk Membantumu Mandiri Finansial di Usia 30-an

"Jawab semua pertanyaan yang mungkin mereka miliki dan berikan karyawan langkah selanjutnya yang jelas dan ringkas, beserta dokumen mereka secara berurutan."

"Selain itu, ingatlah jika karyawan tersebut bekerja dari jarak jauh, hormati privasi mereka, dan pastikan mereka sendirian saat menerima informasi tersebut."

Terakhir, usahakan pemberitahuan pemecatan tidak dilakukan secara mendadak.

Paling tidak, beri mereka waktu untuk berkemas atau biarkan mereka menyelesaikan sisa pekerjaan sebelum pergi.

(*)

Sumber: Huffington Post
Penulis:
Editor: Linda Fitria