'A Right to Disconnect', Hak yang Bisa Membatasi Hubungan Pekerjaan dan Personal Selama WFH

Tentry Yudvi Dian Utami - Kamis, 15 April 2021
Posisi duduk saat WFH jika salah bisa bikin cepat pegal.
Posisi duduk saat WFH jika salah bisa bikin cepat pegal. ake1150sb

Parapuan.co – Setahun sudah banyak masyarakat dunia menjalankan pekerjaan dari rumah selama pandemi Covid-19.

Ternyata setelah dijalankan, WFH banyak memberikan dampak buruk untuk kesehatan mental kita. Terlebih pas di rumah, kerjaan seperti tidak ada habisnya. 

Ternyata tak hanya orang Indonesia saja yang merasakan kelelahan secara mental dan fisik selama WFH. Orang di Inggris juga merasakan sisi gelap WFH yang membuat mental kita jadi kurang sehat. 

Melansir Guardian, baru-baru ini warga di Inggris lewat Prospect Union yang merupakan serikat pekerja, yang mewakili spesialis seperti ilmuwan, insinyur, dan pekerja teknologi, menginginkan perusahaan secara hukum diwajibkan untuk bernegosiasi dengan staf dan menyetujui aturan tentang kapan orang tidak dapat dihubungi untuk tujuan kerja. 

Baca Juga: Benarkah Perempuan Suka Pembahasan Berbobot Saat PDKT? Ini Faktanya

Mereka ingin Inggris mengikuti Irlandia yang membantu warganya untuk memisahkan kehidupan personal dan profesional. Ini juga ditunjukan lewat survei dari Opinium dari 2,428 orang. 

Survei ini mengungkapkan bahwa 65% Partai Buruh dan 53% pemilih Konservatif mendukung hak untuk disconnect selama WFH.

Dukungan lebih tinggi di antara pekerja jarak jauh: 66% mendukung, dibandingkan dengan 59% dari semua pekerja.

Sekitar 35 persen pekerja yang bekerja di rumah mengatakan bahwa pekerjaan mereka membuat kesehatan mental memburuk selama pandemi Covid-19. 

Sementara 30 persen lainnya mereka mengungkapkan bahwa mereka bekerja ekstra tanpa bayaran, dan 18 persen ungkap mereka mendapatkan jatah lembur empat jam tanpa dibayar setiap minggu. 

Angus Wheeler-Rowe, yang bekerja di industri telekomunikasi cerita kalau WFH membuatnya sulit memisahkan batasan antara pekerjaan, rumah, dan keluarga. 

"Ketika ruang pribadi Anda menjadi kantor Anda, dan tanpa bolak-balik untuk memesan hari itu, tekanan bertambah selama berhari-hari dan menanggapi permintaan pada jam-jam yang tidak masuk akal," ujarnya.

Baca Juga: Rentan Kekerasan, Kemenko PMK Dorong RUU Perlindungan PRT Segera Disahkan

“Menetapkan aturan tentang batasan untuk pekerjaan jarak jauh atau hibrida akan membuat perbedaan besar dalam membantu orang mematikan dan mengisi ulang, terutama jika kita akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja dari rumah di masa depan, " jelasnya.

Tak hanya itu, batasan ini juga memperkuat perbedaan antara kerja dan rumah akan meningkatkan motivasi dan produktivitas di tempat kerja, yang harus lebih baik bagi atasan dan pekerja. 

Para partisipan ingin Inggris mengikuti Irlandia yang baru-baru ini memperkenalkan aturan "hak untuk tidak terhubung". 

Leo Varadkar sebagai Wakil perdana menteri dan menteri perdagangan Irlandia mengatakan pandemi ini selain memberikan dampak negatif, tapi bisa juga dijadikan kesempatan untuk merubah sesuatu secara permanen agar bisa mencapai keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.  

Di Kanada, pemerintah federal sedang mendalami kebijakan serupa. Menteri Tenaga Kerja, Filomena Tassi, mengatakan pekerja perempuan bisa punya kesempatan memiliki ini.

Baca Juga: Kemenag Tetapkan Awal Ramadhan 1442 Hijriah Jatuh pada Selasa 13 April 2021

Sebab, perempuan menghabiskan sekitar 33% lebih banyak waktu daripada laki-laki untuk pekerjaan tidak berbayar seperti pekerjaan rumah tangga dan tanggung jawab pengasuhan, yang berarti mereka cenderung tidak tersedia untuk atasan mereka di luar jam kerja.

Oleh sebab itu, Prospect Union baru saja menulis surat untuk Kwasi Kwarteng, Sekretaris Bisnis di Inggris untuk menerapkan kebijakan serupa dan memastikannya dimasukkan dalam RUU ketenagakerjaan yang dijanjikan dalam pidato terakhir Ratu Elizabeth II.

Andrew Pakes, direktur Prospect Union, mengatakan bahwa bagi jutaan orang, bekerja dari rumah terasa lebih seperti tidur di kantor, sehingga lebih sulit untuk "sepenuhnya mati" dan memengaruhi kesehatan mental mereka.

"Memasukkan hak untuk memutuskan hubungan dalam RUU ketenagakerjaan akan menjadi langkah besar dalam menggambar ulang batas kabur antara rumah dan kantor dan akan menunjukkan bahwa pemerintah serius menangani sisi gelap kerja jarak jauh," ujar Andrew.

Darren Jones, komite pemilihan bisnis Commons, mengatakan bahwa para menteri harus memastikan bahwa undang-undang ketenagakerjaan Inggris juga mengikuti. Sebab, pemberi kerja mulai menyesuaikan diri dengan pekerjaan normal rumahan atau hibrida baru ini. Dan, bahwa undang-undang ketenagakerjaan menyediakan kesempatan.

Baca Juga: Sebelum Gunakan GeNose, Jangan Makan Bawang Putih, Petai, hingga Kopi Ya, Kawan Puan!

“RUU ketenagakerjaan, ketika diperkenalkan, akan memberikan peningkatan terbesar pada hak-hak pekerja dalam satu generasi, termasuk langkah-langkah yang akan membantu orang untuk menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi mereka," jelas seorang juru bicara Departemen Strategi Bisnis, Energi dan Industri.

Nah, apakah kebijakan serupa juga akan diikuti Indonesia? Mari berdoa ya, Kawan Puan.(*)



REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja