Parapuan.co - Beberapa hari yang lalu kita dikejutkan dengan sebuah video yang beredar di media sosial.
Video tersebut merekam kekerasan yang dialami oleh seorang perawat perempuan.
Perawat berinisial CR tersebut dianiaya oleh orang tua dari pasien yang dirawatnya.
Orang tua pasien tersebut merasa CR tidak menjalankan tugasnya dengan benar karena saat infus dilepas dari tangan pasien, darah seketika keluar.
Kasus tersebut sudah diurus oleh pihak rumah sakit yaitu RS Siloam Sriwijaya Palembang dan pihak kepolisian.
Baca Juga: Perawat Dianiaya Keluarga Pasien, Ini Tanggapan Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Melansir dari Tribunnews.com, Direktur RS Siloam Sriwijaya Palembang, dr. Bona Fernando menyampaikan bahwa perawat CR, korban penganiayaan tersebut, saat ini masih dalam perawatan.
Dr. Bona juga mengungkapkan bahwa saat ini korban sedang mengalami trauma yang berat.
"Saat ini perawat tengah kami rawat untuk menyembuhkan bukan hanya fisik tapi juga psikisnya. Karena memang beliau mengalami trauma yang cukup hebat," ungkap dr. Bona.
Dr. Bona menyampaikan bahwa dalam menangani trauma, pihak rumah sakit telah mengirim psikolog untuk membimbing korban.
Pekerja medis, seperti perawat, juga membutuhkan kestabilan kondisi mental.
Kita sering kali mengabaikan hal tersebut.
Walaupun tugas mereka menolong orang lain, terkadang mereka juga membutuhkan pertolongan, apalagi yang terkait dengan kesehatan mental mereka.
Terlebih saat pandemi Covid-19 berlangsung, para pekerja medis harus bekerja lebih keras dibanding biasanya.
Pasien yang tak kunjung berkurang, membuat pekerja medis merasa tertekan secara mental.
Melansir dari jurnal Healthcare Worker’s Mental Health and Their Associated Predictors During the Epidemic Peak of COVID-19 (2020), kesehatan mental pekerja medis menjadi perhatian khusus saat pandemi berlangsung.
Permasalahan kesehatan mental pekerja medis meningkat selama pandemi Covid-19 berlangsung.
Temuan dalam jurnal tersebut menunjukkan bahwa dukungan sosial tampaknya memberikan efek perlindungan psikologis kepada pekerja medis.
Selama wabah penyakit menular yang serius, pekerja khawatir akan tertular dan berada di bawah tekanan yang luar biasa.
Tetapi, dukungan sosial dapat meringankan masalah kesehatan mental mereka.
Dukungan tersebut sulit untuk mereka dapatkan lewat keluarga atau kerabat karena kondisi rumah sakit yang tidak memungkinkan untuk mereka bisa selalu pulang ke rumah.
Maka, dukungan sosial yang dimaksud tersebut dapat mereka dapatkan lewat kondisi lingkungan rumah sakit.
Namun, beberapa ahli telah mencatat bahwa dukungan sosial pun dapat terkait dengan kecemasan dan stres bagi pekerja medis bila dukungan sosial tersebut dirasa kurang, bahkan negatif.
Hal tersebut membuktikan bahwa, pekerja medis membutuhkan dukungan dari sekitar, termasuk dari kita, sebagai pasien atau kerabat pasien.
Studi cross-sectional di antara perawat di Hong Kong dalam jurnal tersebut mengungkapkan bahwa kekerasan di tempat kerja terhadap pekerja medis secara signifikan dapat menyebabkan anxiety disorder.
Baca Juga: Gejala Kita Alami Kecemasan: Mulai dari Susah Tidur Sampai Mual
Lingkungan rumah sakit yang tidak aman berperan penting dalam menambah tekanan psikologis yang besar.
Oleh karena itu, ke depannya, penelitian harus fokus pada penyediaan lingkungan yang aman bagi pekerja medis.
Kasus yang terjadi di Palembang tersebut dapat menjadi pelajaran bagi kita untuk memerhatikan kesehatan mental dari pekerja medis.
Di masa pandemi ini, pasti tidaklah mudah bagi pekerja medis untuk menangani pasien dengan jumlah yang banyak.
Kita bisa mengurangi tekanan mental pekerja medis dengan bersikap sewajarnya dan menyelesaikan masalah dengan dewasa tanpa kekerasan. (*)