Tak Seperti yang Dibayangkan! Begini Rutinitas Napi di Lapas Wanita

Firdhayanti - Jumat, 30 April 2021
Herastini (kanan) dan Yoesiana (kiri) beserta makanan hasil buatan para napi Lapas II A Tangerang pada Selasa (20/4/2021)
Herastini (kanan) dan Yoesiana (kiri) beserta makanan hasil buatan para napi Lapas II A Tangerang pada Selasa (20/4/2021) DOK.PARAPUAN/Firdhayanti

 

Parapuan.co - Menyeramkan. Itulah satu kata yang kita pikirkan ketika membayangkan bagaimana kehidupan di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) atau yang biasa kita kenal dengan penjara. 

Kenyataan justru mengatakan sebaliknya ketika PARAPUAN mendatangi Lapas Wanita Kelas II A Tangerang pada Selasa (20/4/2021). 

Siang itu, PARAPUAN menemui Herastini, Kepala Lapas Wanita Kelas IIA, Tangerang. 

Baca Juga: Arisan Parapuan Ajak Perempuan Indonesia untuk Mewujudkan Mimpinya

Herastini menceritakan kegiatan para 447 napi dari pagi hingga malam. 

"Pagi mereka yang muslim pasti sholat, kemudian nunggu buka keong, sarapan, kemudian nanti bekerja umum, membersihkan lingkungan, wajib itu. Kemudian apel pagi," ujar Herastini dalam acara Penyuluhan Antikorupsi Narapidana Tindak Korupsi di Lapas Wanita Tangerang pada Selasa (20/4/2021). 

Siangnya, para napi dapat istirahat, makan, ataupun menerima kunjungan. Selain kegiatan itu, mereka juga bisa belajar keterampilan sesuai minat bakat mereka. 

Para napi juga dapat melakukan kegiatan yang sesuai dengan minat bakat mereka, seperti merajut, bercocok tanam hidroponik, dan banyak lagi. 

Hera mengatakan bahwa kamar-kamar napi ditutup pada pukul 5 sore. Setelah kamar ditutup, kegiatan dilakukan di kamar saja. 

"Keong, kamar-kamar ini ditutup jam 5. Mereka berkegiatan selebihnya di kamar. Barang yang nggak berbahaya dipersilahkan. Tapi kalo yang berbahaya seperti beling-beling nggak boleh. Kalo hanya mote-mote kan tangan saja, seperti itu," ceritanya. 

Jam Kunjungan Ditentukan

Setelah beranjak siang, para napi biasanya dapat menerima kunjungan. Herastini mengatakan bahwa kunjungan sendiri diadakan di hari yang ditentukan selama tiga kali dalam seminggu. 

Meskipun menerima kunjungan, para napi tak bisa berinteraksi secara fisik dengan keluarga atau kerabatnya. 

"Jadi hanya kontak melalui telpon yang kita sediakan. Namanya intercom," kata Herastini. 

Baca Juga: Minimnya Layanan Kesehatan dan Pemulihan Bagi Perempuan Korban Kekerasan di Papua

Para pengunjung mendaftar, kemudian sesuai urutan dia berbicara lewat telepon di luar. Sementara itu warga binaannya berbincang lewat telpon intercom di dalam.

"Jadi melihat fisik tapi tidak bersentuhan," jelasnya. 

Para keluarga yang ingin mengirimkan makanan pun boleh. Namun disertai catatan dan sesuai prosedur di lapas. 

"Jenis makannya apa hingga sampai pada yang bersangkutan tentu mengikuti protokol Covid dan penggeledahan. Barang mana yang boleh dan tidak boleh. Untuk pencegahan hal-hal yang tidak kita inginkan," jelas Herastini. 

Selama menjaga para napi di lapas, Herastini mengaku tantangan yang paling sulit yakni menjaga hati para napi agar tetap bahagia dan tanpa tekanan. 

"Ketika dia happy itu mau melakukan sesuatu apapun mereka dengan santai dan enjoy. Tidak ada tekanan karena kita sebagai ibunya disini welcome terhadap mereka. Itu suatu rasa yang tidak bisa mereka miliki di tempat lain," katanya. 

Baca Juga: Rayakan Hari Puisi Nasional, Ini Penyair Perempuan Indonesia dari Masa ke Masa

Sebagai pegawai lapas yang menjaga para napi, Herastini memahami bahwa jauh dari keluarga membuat seseorang bersedih.

Namun, selama mereka mau berdialog dan menyampaikan keluh kesahnya pada pegawai lapas, semua akan terasa lebih baik. 

"Sama saya disini juga sendiri, ibu juga sendiri, saya dinas disini sendiri. Saya lepas dari keluarga, keluarga saya jauh, dan hari-hari saya hanya nunggu kalian disini. Tenang, kamu ada temennya, saya.

Sama-sama sendiri, Herastini mengaku napi dan para penjaga saling menguatkan. 

"Iya, saya demi negara, beliau demi keluarga," ujar Herastini. 

Jalani Hukuman dan Bangun Rutinitas 

Hj Ida Lidia, salah satu napi di Lapas Wanita Tangerang mengaku pada awalnya berat rasanya ketika harus menjalani hukuman di lapas selama 2,5 tahun penjara. 

"Saya meninggalkan keluarga, saya meninggalkan suami, dan meninggalkan anak cucu yang jumlahnya sudah 7. Tapi saya harus jalani semua itu," katanya. 

Baca Juga: Jarang Diketahui, Berikut 5 Inovasi yang Mengedepankan Hak Perempuan

Dari berbagai kegiatan yang ditawarkan di Lapas, Ida bercerita bahwa ia mengambil kegiatan mengaji. Ia menceritakan rutinitasnya selama berada di Lapas. 

Ida menceritakan ia pergi ke masjid setelah melakukan kerja umum untuk beribadah seperti menunaikan solat hingga mengaji hingga pukul setengah satu siang. 

“Sampai setengah satu saya masuk ke kamar. Itu siang ngantuk [tidur] sampai jam 2 kemudian bangun, setelah itu saya ke masjid lagi sampe setengah 5. Terus nanti jam 5 udah sholat [lalu masuk ke kamar] , [solat] Isya, jam 9 udah ngantuk," ceritanya. 

Selama di Lapas, Ida bercerita bahwa ia suka berjalan kaki mengelilingi Lapas untuk berolahraga. 

Dari Lapas sendiri terdapat instruktur olahraga seperti bulutangkis yang datang setiap hari Jumat. 

"Kalo bulu tangkis segala ada ya, cuma saya kan udah enggak kuat. Jadi paling sore pulang ngaji sama teman-teman bolak balik jalan disini sama hari Jumat ada olahraga manggil ke sini. Bisa olahraga tetap," katanya. 

Penulis:
Editor: Dinia Adrianjara


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja