Berdasarkan studi pendahuluan kecil yang diterbitkan pada Januari 2021 di European Archives of Oto-Rhino-Laryngology, para peneliti mengamati 27 orang yang kehilangan bau terus-menerus setidaknya lima minggu setelah COVID-19.
Dari peserta tersebut, sembilan orang diberikan 10 hari kortikosteroid oral bersama dengan pelatihan penciuman dan 18 peserta hanya menerima pelatihan penciuman.
Meskipun beberapa pasien dalam kelompok pelatihan penciuman saja mengalami peningkatan indra penciuman mereka 10 minggu kemudian, hanya mereka yang menerima pelatihan penciuman dengan kortikosteroid yang mengalami peningkatan yang signifikan secara statistik.
Studi ini menunjukkan bahwa pelatihan penciuman dapat membantu beberapa pasien yang mengalami kehilangan penciuman yang berkepanjangan setelah COVID-19, terutama bila diberikan obat kortikosteroid.
Baca Juga: Memakai Bra Berbusa Saat Hamil, Amankah untuk Payudara Bumil?
Akan tetapi penelitiannya masih dalam ruang lingkup yang kecil serta ada beberapa kontroversi tentang penggunaan kortikosteroid pada pasien COVID-19.
Saat penelitian ini berlanjut, kita akan mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang seberapa banyak terapi penciuman dapat membantu orang-orang mengatasi masalah ini.
Dalam praktiknya, Tran dan Raj sama-sama mengatakan bahwa mereka telah berhasil merawat pasien yang kehilangan kemampuan penciuman akibat COVID-19 melalui terapi penciuman.
Selama pasien tidak memiliki penyebab lain perihal kurangnya penciuman (seperti polip hidung atau trauma kepala), mereka terus menyarankan agar orang-orang mencobanya.
“Ini jenis pendekatan yang sangat sederhana,” kata Raj.
"Tidak ada efek samping dan itu didorong oleh pasien, yang merupakan hal-hal hebat yang Anda inginkan dalam terapi," lanjutnya.(*)