Tran juga menjelaskan penyakit tersebut bahkan dapat merusak sel-sel di bohlam olfaktorius.
“Tetapi jika Anda dapat mencium bau apapun, itu berarti saraf penciuman sedang bekerja dan mungkin sedang dalam proses mencoba untuk memperbaiki dirinya sendiri,” katanya.
Bahkan ada penelitian yang menunjukkan bahwa mendapatkan kembali indra penciuman melibatkan neuroplastisitas, yakni pembentukan neuron baru dan koneksi neuron dalam sistem pemrosesan penciuman.
Maka, tujuan terapi penciuman adalah untuk merangsang penciuman dan memulihkannya.
Dengan menggunakan elemen fisik dan psikologis untuk mempelajari kembali sistem penciuman, kata Dr. Sindwani, pasien dapat menggunakan ingatan dan pengalaman untuk melatih saraf-saraf yang ada di hidung.
Baca Juga: Sering Mandi Air Dingin di Malam Hari? Ini Manfaatnya Bagi Tubuh Kita
Efektifkah untuk Mengembalikan Kemampuan Penciuman?
Meskipun terapi penciuman telah ada selama lebih dari satu dekade, para peneliti melihatnya dengan semangat baru karena fakta bahwa kehilangan penciuman sangat umum terjadi setelah COVID-19.
Tetapi hilangnya bau setelah COVID-19 biasanya bersifat sementara.
Meskipun bisa memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan, kemampuan penciuman itu biasanya kembali dengan sendirinya.
Dalam hal ini, apakah terapi penciuman masih layak dicoba?
Perihal kemampuan penciuman yang hilang saat Covid-19 itu adalah hal yang sementara. Namun, kemampuan itu tidak berkurang 100 persen.
Menurut Tran, terapi bau untuk menghilangkan bau terkait COVID adalah bidang studi yang relatif baru karena virus corona baru ada lebih dari setahun.
Tetapi ada beberapa penelitian menjanjikan yang menunjukkan bahwa itu layak untuk dicoba.
Misalnya, sebuah studi tahun 2020 di Forum Internasional Alergi dan Rhinology, para peneliti melihat 36 studi sebelumnya tentang terapi bau untuk kehilangan penciuman terkait suatu virus.
Penulisnya menyimpulkan bahwa terapi penciuman dapat membantu menghilangkan bau ini, terutama karena relatif murah, aman, dan nyaman.