Parapuan.co - Tak hanya laki-laki, perempuan pun bisa memegang peranan penting dalam adat di suatu masyarakat.
Perempuan bisa dominan mewariskan gelar dan kekuasaannya dalam adat pada keturunan.
Bahkan, perempuan juga bisa mendominasi kepemimpinan dan perannya dalam suatu masyarakat itu sendiri.
Baca Juga: Kampung Lorong Buangkok, Desa Terakhir yang Bertahan di Singapura
Adalah sistem matrilineal, yakni suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak perempuan atau pihak ibu.
Kata matrilineal kerap disamakan dengan matriarkhat atau matriarki, meskipun pada dasarnya artinya berbeda.
Matrilineal sendiri mengacu pada garis keturunan sementara matriarkial mengacu pada sistem kepemimpinan dan budaya.
Tepatnya, matriarkial adalah kepemimpinan yang didominasi oleh perempuan.
Baca Juga: Kanada Longgarkan Perbatasan, Bagaimana untuk Pengunjung Asing?
Jika menilik ke belakang, dalam sejarah perempuan kerap dipuja dan dihormati karena kemampuan mereka untuk melahirkan anak.
Bahkan dalam epik Yunani, halaman-halamannya penuh dengan pemujaan dan penghormatan dewi dan pejuang perempuan.
Namun, seiring dengan berjalannya sejarah, masyarakat di seluruh dunia mulai membungkuk ke budaya patriarki.
Pun nilai-nilai dari budaya patriarki masih diserap hingga kini.
Namun, masih ada masyarakat matriarkal yang masih bertahan di mana perempuan, secara harfiah, adalah faktor pengarah dominan dalam segala hal, sosial, politik, dan ekonomi.
Melansir berbagai sumber, ini dia 5 masyarakat di dunia yang masih menganut sistem matrilineal.
1. Minangkabau, Indonesia
Di Indonesia sendiri, masyarakat Minangkabau masih bertahan dengan sistem matrilineal.
Melansir Town and Country, dari tahun 2017 hingga saat ini Minangkabau masih merupakan masyarakat matrilineal terbesar di dunia.
Sudah jadi kepercayaan umum dalam budaya ini bahwa perempuan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat dan domestik.
Dalam keluarga tradisional Minangkabau, garis keturunan dilihat dari pihak perempuan.
Dalam keluarga Minang, suami dari perempuan Minang dianggap sebagai tamu.
Kekuasaan aset ekonomi juga dipegang oleh perempuan, hal ini disebut juga dengan urang sumando.
Akan tetapi, laki-laki dari pihak perempuan bisa memiliki legitimasi kekuasaan pada komunitasnya.
Baca Juga: Kota Liverpool Terancam Hilang dari Situs Warisan Dunia UNESCO, Mengapa?
2. Mosuo, Tiongkok
Mosuo merupakan satu-satunya sistem matrilineal yang masih bertahan hingga kini di Tiongkok.
Kelompok etnis ini tinggal di Provinsi Yunnan dan Sichuan di Tiongkok yang dekat dengan perbatasan dengan Tibet.
Dari The Independent, masyarakat Mosuo dikenal dengan sebutan Nakhi, atau etnis minoritas.
Selama ribuan tahun, etnis Masuo sudah menjalankan sistem matrilineal selama ribuan tahun lamanya.
Selain itu, perempuan di etnis Masuo ini juga tidak menikah.
Jika mereka memilih untuk memiliki pasangan, keduanya tidak hidup bersama dan ibu memainkan peran utama dalam membesarkan anak-anak.
3. Bribri, Kosta Rika
Bribri adalah penduduk asli yang ditemukan di Provinsi Limon di Kosta Rika dan Panama utara, tepatnya berada di Amerika Tengah.
Berdasarkan data sensus, orang Bribri berjumlah 12.000 dan 35.000 anggota suku, sebagaimana diwartakan The Independent.
Masyarakat Bribri masih menjalankan sistem matrilineal. Perempuan mewariskan tanah pada anak-anak mereka.
Baca Juga: Bepergian Naik Pesawat? Ini Syarat dan Peraturan Terbaru yang Berlaku
Orang Bribri juga memiliki klan yang ditentukan oleh ibu mereka.
Mereka juga masih mewariskan berbagai tradisi kepada generasi selanjutnya.
Dalam tradisi masyarakat Bribri, hanya perempuan yang diizinkan untuk menyiapkan minuman kakao tradisional, yang digunakan dalam ritual sakral untuk memberi mereka keunggulan spiritual tertentu.
Legenda Bribri mengatakan bahwa pohon kakao dulunya adalah seorang perempuan yang diubah menjadi pohon oleh para dewa.
Noemy Blanco Salazar, seorang ibu kepala Bribri dari Amubri, Kosta Rika, mengatakan kepada Courtney Parker bahwa wanita “adalah pewaris kehidupan”.
“Kita harus mengemban misi yang dengan bangga dipercayakan oleh Sibu (Dewa Bribri), dengan bermartabat. Kita harus berusaha untuk membangun cara-cara hidup yang berharga bagi masyarakat. Energi Ibu Pertiwi adalah kekuatan yang tumbuh dalam roh kita,” katanya.
4. Samburu, Kenya
Di daratan Afrika juga masih ada suku yang menganut sistem matrilineal.
Salah satunya adalah Suku Umoja yang berasal dari tanah tak bertuan yang berada di desa padang rumput Samburu, Kenya Utara, Afrika Timur.
Uniknya, mereka melarang pengunjung laki-laki untuk datang ke daerah mereka.
Bahkan, mereka sengaja memasang pagar berduri untuk mencegah datangnya pengunjung laki-laki.
Umoja juga dikenal dengan tempat para penyintas kekerasan seksual dan kekerasan berbasis gender.
Ibu pemimpin desa Umoja, Rebecca Lolosoli, mendirikan desa tersebut pada tahun 1990 dengan 15 orang yang selamat dari pemerkosaan tentara Inggris.
Rebecca sendiri mendapat hukuman pemerkosaan karena menyebarkan hak-hak perempuan di desanya.
Baca Juga: Venesia Diusulkan dalam Daftar Warisan Dunia Terancam Punah UNESCO
5. Navajo, Amerika Serikat
Masyarakat Navajo, salah satu Suku Indian di Amerika Serikat ini juga mengatur alur keturunan dari pihak perempuan.
Klan di keluarga ditentukan oleh ibu atau perempuan. Pun dalam pernikahan, jika laki-laki suku Navajo menikah secara otomatis ia akan menjadi klan istrinya.
Keluarga dengan klan yang sama pun tidak boleh menikah.
Tak hanya itu, di sini Naabeehó sáanii (perempuan Navajo) adalah pusat keluarga, penjaga kebijaksanaan dan pemelihara ajaran leluhur.
Dari The Guardian, dalam kisah kemunculan Suku Navajo diceritakan bagaimana perempuan belajar menjadi ibu pemimpin dari Changing Woman, seorang ibu tunggal dari putra kembar yang menjadi pahlawan Diné. (*)