Bagi Talita, yang kini berprofesi sebagai seorang penulis lepas (freelance writer), ada satu periode ketika dia merasakan banyak gejolak dalam dirinya akibat ekspektasi orangtuanya itu.
Periode tersebut terjadi sekitar tahun 2007.
"Saya merasa tertekan atau terpaksa (untuk mengikuti dan memenuhi ekspektasi orangtua), terutama sekitar tahun 2007, kayaknya," kata Talita.
Kala itu, dia baru saja duduk di bangku perkuliahan di suatu universitas negeri bergengsi di Bandung.
Baca Juga: Berhenti Menghindar, Pengampu Dapat Lakukan 5 Cara Ini saat Dikritik
"Tahun itu (2007) penuh gejolak. Saya ingin sekali membuat keputusan untuk diri sendiri, tapi saya tahu kalau (keputusan saya) bertentangan dengan orangtua, pasti jadi masalah," kenang Talita.
Namun, dia enggan menceritakan lebih detail mengenai keputusan dirinya yang bertentangan dengan ekspektasi orangtuanya tersebut.
Selain merasa tertekan atau terpaksa, dia pun merasa pasrah.
"Saya kayak pasrah mengikuti apa maunya orangtua saya, like, I totally gave up (saya benar-benar menyerah saat itu)," kata Talita.