Tantangan yang Dirasakan Hannah
Beberapa lama berjuang menyuarakan hak-hak perempuan dan keseteraan gender, wajar jika Hannah Al Rashid menghadapi begitu banyak tantangan.
Namun, baginya tantangan terberat adalah persepsi masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih dipengaruhi oleh patriarki.
"Tantangan, terutama menurut saya adalah persepsi masyarakat mengenai isu ini. Tantangan terbesarnya itu," kata Hannah.
"Karena saat kita menyuarakan, kayak udah langsung ada tembok yang tebal dan tinggi yang mengatakan, 'No! Ini enggak penting!'," imbuhnya.
Hal ini didasarkan pada banyaknya masyarakat yang merespons negatif laporan atas kekerasan yang dialami perempuan.
Seperti disinggung sebelumnya, tak sedikit orang menyalahkan korban ketika mereka menerima diskriminasi atau kekerasan tersebut.
Baca Juga: Upaya Kemenpppa Lindungi Pekerja Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
"Seakan masyarakat enggak percaya bahwa masalah ini ada. Itu cukup bikin sakit hati," tuturnya.
"Dengan mengatakan bahwa 'ini hoaks', 'kamu salah', itu kan men-dismiss apa yang saya pernah mengalami," terang Hannah.
Tampaknya, tantangan yang dihadapi Hannah Al Rashid sama seperti yang dirasakan oleh para perempuan korban atau penyintas kekerasan.
Bahwa, mereka semua memerlukan bantuan kita untuk berani bersuara dan mendapatkan haknya sebagai perempuan dan warga negara.
Dengan kata lain, sebagai perempuan, kita perlu membantu sesama perempuan buat lebih berdaya dan berani memperjuangkan haknya. (*)