Parapuan.co – Berprestasi dan multitalenta rasanya belum cukup untuk mendeskripsikan sosok Hannah Al Rashid secara singkat.
Aktris Hannah Al Rashid tak sekadar itu, tetapi juga memiliki rasa kepedulian akan kemanusiaan, terutama dalam menyuarakan kesetaraan gender.
Pasalnya, sudah sejak lama Hannah Al Rashid berjuang bersama perempuan untuk mendapatkan hak kesetaraan gender.
Di tengah kesibukannya sebagai aktris, ia tanpa lelah berjuang agar perempuan mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki.
Perjalanan seorang Hannah menjadi seorang aktris sekaligus aktivis bukanlah proses yang instan.
Semua bermula karena pengalaman hidupnya dan rasa tidak nyaman sekaligus kesal menyaksikan ketidakadilan yang banyak dialami perempuan.
Belum lagi soal kekerasan yang sering kali dialami perempuan, baik di tempat kerja maupun tempat umum.
Baca Juga: Kolaborasi bareng Louis Vuitton, Ini Profil Influencer Charli D'Amelio dan Emma Chamberlain
Awal Mula Hannah Al Rashid Jadi Aktivis
Perempuan kelahiran London, Inggris, yang mengawali karier di dunia hiburan sebagai VJ MTV ini mengaku sudah berani bersuara sejak kecil.
Hannah terbiasa mengungkapkan apa yang mengganggu pikirannya, terlebih jika melihat ketidakadilan di depan mata.
"Pada dasarnya dari kecil, tuh, saya memang kalau misalnya saya rasa ada sesuatu yang nggak adil, aku ngerasain banget, sih. Aku rasa aku selalu pengen speak up," tutur Hannah kepada PARAPUAN, Senin (5/7/2021).
Bukan itu saja, Hannah juga merasa harus bersuara lantaran pernah mengalami sendiri bagaimana tidak enaknya menerima diskriminasi dan kekerasan berbasis gender.
"Saat pindah ke Indonesia, aku mengalami sendiri diskriminasi dan kekerasan berbasis gender," imbuh perempuan yang tumbuh besar di London itu.
Hannah pun bilang itulah yang menjadi awalnya. Katanya, "Dari pengalaman pribadi dan dengan adanya insting yang udah ada dari kecil, bahwa kalau ada yang enggak adil aku mesti ngomong."
"Dengan berjalannya waktu, mungkin menjadi momentum yang baik untuk do something. Apalagi dengan bekerja di industri ini akhirnya memiliki platform," terangnya.
Baca Juga: Hannah Al Rashid Suarakan Kasus Pelecehan Seksual di Lokasi Syuting
Sehingga, bagi Hannah Al Rashid menjadi seorang public figure memberinya keuntungan untuk bisa bersuara lebih lantang agar didengar.
Selain itu, dengan berbagi pengalaman pribadinya, rupanya membuat perempuan lain jadi berani pula untuk speak up dan melapor.
Selagi melantangkan suaranya, rupanya banyak perempuan yang menghubungi Hannah dengan berbagai keresahan serupa. Itu membuatnya makin yakin dengan yang dilakukannya.
Begitulah akhirnya bintang film Gundala (2019) ini secara aktif membantu perempuan memperjuangkan hak-haknya.
Fokus Hannah terhadap Kekerasan Perempuan
Seperti kita tahu, Hannah Al Rashid menjadi salah seorang selebriti yang gencar menyuarakan agar RUU PKS segera disahkan.
Bukan tanpa alasan, Hannah sadar di masyarakat kita memang banyak ditemukan kasus kekerasan terhadap perempuan, apapun bentuknya.
Salah satu yang menjadi fokus Hannah adalah pernikahan anak, yang menurutnya hal ini menimbulkan keresahan tersendiri.
Hannah bilang, "Kalau kita ngomongin kesetaraan gender, kan, cukup luas. Ada berbagai isu yang sangat dipengaruhi oleh ketidaksetaraan gender."
"Salah satunya pernikahan anak. Yang paling meresahkan buat saya pernikahan usia anak dan kekerasan," ujar Hannah.
"Selama ini saya banyak menyuarakan tentang kekerasan terhadap perempuan, kekerasan berbasis gender, karena pernah mengalami," tambahnya.
Baca Juga: Kritisi Sampah Plastik di Malawi, Inilah Sosok Gloria Majiga Kamoto
Satu hal lain yang tak kalah meresahkan bagi Hannah adalah, reaksi orang terhadap aksi-aksi memperjuangkan kesetaraan seperti yang dilakukannya.
Bahwasanya berdasarkan pengalaman, Hannah kerap mendengar sekelompok orang mencibir apa yang diperjuangkan para aktivis.
"Saat kita menyuarakan isu ini, banyak orang men-dismute, melabel kita ini dan itu seakan-akan mereka ingin melakukan distraksi supaya kita enggak fokus ke isunya," jelas Hannah.
Tak cukup sampai di situ, keresahan lainnya juga dirasakan oleh istri dari aktor Nino Fernandez ini.
Yaitu di mana sebagian masyarakat masih ada yang mengabaikan isu kesetaraan gender.
Bahkan dalam kasus kekerasan pun, tak jarang banyak orang yang justru menyalahkan perempuan yang menjadi korban alih-alih pelaku.
Tantangan yang Dirasakan Hannah
Beberapa lama berjuang menyuarakan hak-hak perempuan dan keseteraan gender, wajar jika Hannah Al Rashid menghadapi begitu banyak tantangan.
Namun, baginya tantangan terberat adalah persepsi masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih dipengaruhi oleh patriarki.
"Tantangan, terutama menurut saya adalah persepsi masyarakat mengenai isu ini. Tantangan terbesarnya itu," kata Hannah.
"Karena saat kita menyuarakan, kayak udah langsung ada tembok yang tebal dan tinggi yang mengatakan, 'No! Ini enggak penting!'," imbuhnya.
Hal ini didasarkan pada banyaknya masyarakat yang merespons negatif laporan atas kekerasan yang dialami perempuan.
Seperti disinggung sebelumnya, tak sedikit orang menyalahkan korban ketika mereka menerima diskriminasi atau kekerasan tersebut.
Baca Juga: Upaya Kemenpppa Lindungi Pekerja Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
"Seakan masyarakat enggak percaya bahwa masalah ini ada. Itu cukup bikin sakit hati," tuturnya.
"Dengan mengatakan bahwa 'ini hoaks', 'kamu salah', itu kan men-dismiss apa yang saya pernah mengalami," terang Hannah.
Tampaknya, tantangan yang dihadapi Hannah Al Rashid sama seperti yang dirasakan oleh para perempuan korban atau penyintas kekerasan.
Bahwa, mereka semua memerlukan bantuan kita untuk berani bersuara dan mendapatkan haknya sebagai perempuan dan warga negara.
Dengan kata lain, sebagai perempuan, kita perlu membantu sesama perempuan buat lebih berdaya dan berani memperjuangkan haknya. (*)