Parapuan.co - Mengalami rasa cemas atau grogi pada saat-saat tertentu sebenarnya adalah hal yang wajar.
Perasaan deg-degan pada situasi-situasi di atas sangat normal dialami oleh setiap orang, termasuk juga pada remaja.
Namun, ada kalanya perasaan cemas tersebut menjadi sangat berlebihan, hingga mengganggu kehidupan sosial, bahkan mengganggu performa remaja di sekolah.
Perasaan cemas datang tiba-tiba tanpa alasan yang jelas, berlangsung dalam waktu lama, bahkan hingga menyebabkan kepanikan.
Kawan Puan, perasaan demikian bukanlah rasa grogi biasa, melainkan dapat menandakan adanya gangguan kecemasan (anxiety disorder) pada remaja.
Baca Juga: Alami Gangguan Kecemasan Selama Pandemi Covid-19? Kareena Kapoor Bagikan 5 Tips Cara Mengatasinya
Lantas, bagaimana cara membedakan perasaan grogi pada umumnya dengan gangguan kecemasan?
Sepintas, gejala keduanya memang terlihat sama.
Namun, jika rasa cemas biasa dapat dengan mudah dikendalikan, remaja yang mengalami gangguan kecemasan akan mengalami dampak pada berbagai aspek kehidupannya.
Baik pada pendidikan, ataupun interaksi sosial dengan keluarga, teman sebaya, atau orang asing.
Nah, berikut perbedaan gangguan kecemasan dan rasa grogi pada umumnya.
Penyebab Kecemasan
Pada kondisi grogi biasa, rasa cemas biasanya dipicu oleh alasan yang jelas.
Misalnya saja rasa deg-degan saat akan berpidato di depan kelas, menonton film horror, atau saat bertemu dengan orang yang disukai.
Namun, pada kondisi gangguan kecemasan, rasa cemas itu bisa datang dari mana saja, bahkan dari hal-hal kecil yang dianggap biasa oleh orang lain, misalnya ketinggian, naik transportasi publik, melakukan panggilan telepon, dan lain-lain.
Baca Juga: Tak Hanya untuk Fisik, 5 Vitamin Ini Bisa Bantu Atasi Gangguan Kecemasan
Intensitas Kecemasan
Rasa grogi pada umumnya hanya berlangsung sementara.
Setelah kejadian atau aktivitas pemicu rasa grogi berakhir, maka perasaan cemas akan ikut berkurang.
Namun, menurut National Institute of Mental Health, rasa cemas akibat gangguan kecemasan lebih intens dari sekadar kekhawatiran atau ketakutan yang bersifat sementara.
Khawatir yang dialami oleh remaja dengan gangguan kecemasan tidak mudah dihilangkan atau dihindari, bahkan bisa bertambah buruk seiring waktu.
Reaksi Fisik
Ketika merasa grogi, wajar saja jika tubuh berkeringat lebih banyak, gemetar, tegang, gelisah dan detak jantung semakin cepat.
Remaja yang mengalami gangguan kecemasan pun tak jarang juga menunjukkan reaksi fisik demikian.
Namun, dilansir dari Mayo Clinic, gangguan kecemasan dapat menimbulkan gejala yang lebih parah seperti selalu merasa kelelahan, hyperventilation atau bernapas cepat, sulit berkonsentrasi, pikiran kosong, gangguan tidur, hingga gangguan pencernaan.
Tak jarang, remaja dengan gangguan kecemasan merasa dirinya seolah-olah berada dalam bahaya, dan cenderung ingin menghindari hal-hal yang memicu kecemasannya.
Baca Juga: Dapat Mencegah Gangguan Kecemasan, Cara Meditasi Ini Wajib Kamu Ikuti
Ternyata rasa grogi dan gangguan kecemasan itu serupa tapi tak sama ya, Kawan Puan.
Jika merasakan kecemasan-keccemasan berlebih yang sulit untuk dikontrol, jangan sampai Kawan Puan atau anak melakukan self-diagnose terhadap kesehatan mental.
Jangan pernah ragu untuk mencari bantuan dari ahli, serta jangan malu untuk meminta dukungan dari orang-orang tersayang.
(*)