Temukan Arti Kebebasan Perempuan dalam Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak

Alessandra Langit - Senin, 16 Agustus 2021
Marsha Timothy dalam film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak
Marsha Timothy dalam film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak IMDb

Babak Ketiga: Pengakuan Dosa

Babak ini sangatlah nyata dalam menggambarkan sistem hukum di Indonesia yang masih menomorduakan perempuan.

Saat Marlina tiba di kantor polisi, ia masih harus menunggu sampai ia benar-benar dilayani karena para polisi sedang bermain tenis meja.

Tidak hanya itu, saat melaporkan apa yang terjadi, Marlina bukannya mendapat perlindungan namun malah ditanya kenapa mau diperkosa dengan orang tua.

Pertanyaan dari pihak kepolisian tersebut sering kita temukan di kehidupan nyata dalam kasus kekerasan seksual yang dialami perempuan.

Baca Juga: Film Little Miss Sumo: Mengulik Kisah Hiyori Kon Pesumo Perempuan Amatir dari Jepang

Dialog dari polisi tersebut memberi kesan bahwa kita sebagai korban menikmati dan menginginkan kejadian tersebut.

Pertanyaan lain seperti apakah kita menikmatinya atau pakaian yang kita gunakan apakah menggoda, merupakan bentuk penyalahan korban.

Pada akhirnya kita tidak bisa menemukan keadilan yang kita cari di sistem hukum Indonesia, seperti Marlina yang akhirnya memutuskan untuk membebaskan dirinya dari ancaman tersebut sendirian.

Pengakuan dosa yang dimaksud dalam judul babak ini adalah gambaran stigma masyarakat bahwa perempuan korban kekerasan seksual sangatlah berdosa dan juga hina.

Babak Keempat: Kelahiran

Marlina terpaksa pulang ke rumahnya karena Novi ditawan gerombolan Markus dan ia pun tidak mendapatkan keadilan hukum.

Ketika kembali ke tempat yang menumbuhkan traumanya, Marlina diperlakukan sama seperti sebelumnya.

Baca Juga: Film Dua Garis Biru: Melihat Pentingnya Keterbukaan dalam Keluarga bagi Anak Remaja

Kali ini Marlina bersama Novi sadar bahwa sebagai perempuan tidak ada dukungan selain dari sesama perempuan dan keberanian diri sendiri.

Marlina dan Novi akhirnya bertekad untuk berjuang sendiri demi kebebasan dan keadilan yang mereka nantikan sebagai perempuan.

Keputusan Marlina dan Novi serupa daengan banyak perempuan Indonesia dalam menghadapi ketidakadilan yang ada.

Berjuang sendiri, membentuk aliansi perempuan, menggandeng perempuan lain, karena hanya itu kekuatan yang mampu membela kita di tengah sistem masyarakat yang sangat patriarkis.

Seperti Marlina, perempuan di Indonesia akhirnya harus kembali berjuang sendiri demi kebebasan, keadilan, dan pemenuhan hak sepenuhnya karena lingkungan kita tidak memihak pada perempuan atau setidaknya adil.

Babak Kelahiran ini diakhiri dengan Novi yang akhirnya melahirkan anaknya di dapur rumah Marlina. Kelahiran ini sekaligus menjadi simbol awal yang baru yang bebas bagi Marlina. (*)

Sumber: IMDb
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania