Parapuan.co - Rasa nyeri saat haid (dismenore) sebetulnya merupakan hal yang wajar.
Meskipun sering menyebabkan rasa tak nyaman, nyeri haid adalah kondisi yang alami disebabkan oleh kontraksi pada rahim.
Pada saat menstruasi, tubuh mengeluarkan senyawa prostaglandin yang merangsang kontraksi pada rahim untuk dapat mengeluarkan darah dengan optimal.
Karenanya, rasa keram di perut pada saat haid ini wajar-wajar saja selama rasa nyerinya masih tertahankan dan tidak berlangsung lama.
Menurut dr. Ferry, rata-rata perempuan pada saat haid tidak memerlukan obat pereda nyeri.
Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Kawan Puan Wajib Catat Siklus Menstruasi Tiap Bulan
Namun, konsumsi obat pereda nyeri saat haid sebenarnya diperbolehkan saja jika rasa nyeri sampai mengganggu aktivitas.
Akan tetapi, nyeri haid bisa dikatakan tidak wajar jika sampai menyebabkan setiap bulannya Kawan Puan perlu mengonsumsi obat pereda nyeri.
Jika rasa nyeri haid ini semakin tak tertahankan, bahkan hingga mengganggu aktivitas Kawan Puan, maka kondisi ini perlu diwaspadai sebagai tanda-tanda endometriosis.
Apa sih, endometriosis itu?
Sederhananya, Mayo Clinic mendefiniskan endometriosis sebagai rasa sakit akibat jaringan pelapis dinding rahim (endometrium) tumbuh dan menumpuk di bagian luar rahim.
Jangan anggap sederhana, sebab jika dibiarkan, endometriosis dikhawatirkan dapat berpengaruh pada kondisi infertilitas.
Lewat Instagram Live bertemakan "Merdeka Nyeri Haid" yang disiarkan di akun Instagram Tabloid Nova, dr. Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Pusat Fertilitas Bocah Indonesia, dr. Ferry Darmawan, Sp.OG., MIGS. menegaskan bahaya dibalik nyeri haid yang tidak biasa.
Pada acara virtual yang diadakan Rabu (18/08/2021) lalu, dr. Ferry mengajak semua perempuan untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami nyeri haid yang tidak wajar atau tak tertahankan.
"Kalau perempuan mengalami nyeri haid, kita harus pastikan apakah nyeri haid ini tidak mengarah ke endometriosis," jelas dr. Ferry.
Baca Juga: Cobalah 3 Pengobatan Rumahan yang Efektif Ini untuk Membantu Meredakan Nyeri Selama Haid
Tambah dr. Ferry, sebanyak 60 persen pasien yang mengalami nyeri haid berkemungkinan mengalami endometriosis dengan derajat penyakit yang berbeda-beda.
Terkadang, rasa nyeri yang dialami tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat keparahan endometriosisnya.
Seseorang bisa saja mengalami endometriosis ringan, tapi mengalami rasa nyeri yang sangat hebat, begitu pula sebaliknya.
Untuk itu lah, deteksi endometriosis dengan pemeriksaan ke dokter sangat dibutuhkan, sebab efek jangka panjang endometriosis bisa lebih serius dari pada rasa nyeri saat menstruasi.
Menurut dr. Ferry, efek jangka panjang tersebut dapat berupa kemungkinan terjadinya infertilitas, atau sulit untuk hamil bagi perempuan.
"Kalau bicara soal endometriosis, selain keluhan yang sudah saya sampaikan, biasanya juga menyebabkan infertilitas. Karena, pada pasien dengan endometriosis, di organ perempuan itu bisa terjadi kelainan struktural, dan bisa terjadi peradangan yang kronik, yang menyebabkan fungsinya berubah dan menyebabkan infertilitas," ujar dr. Ferry lebih lanjut.
Namun, kondisi endometriosis tidak serta-merta menyebabkan perempuan menjadi sulit atau tidak bisa hamil.
Untuk itu, perlu dilakukan pemeriksaan endometriosis pada perempuan.
Baca Juga: Penting untuk Ibu Hamil, Kapan Sebaiknya Asam Folat Mulai Dikonsumsi?
Salah satu caranya adalah dengan melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mendeteksi gangguan pada alat reproduksi wanita, khususnya untuk melihat kondisi di area tuba falopi atau saluran telur.
Berdasarkan paparan dr. Ferry pada kesempatan tersebut, pada perempuan dengan kondisi endometriosis ringan, tuba falopi masih dapat terbuka dengan normal, sehingga masih memungkinkan perempuan untuk hamil secara alami.
Namun, pasien dengan kondisi endometriosis yang berat berat bisa jadi memerlukan teknologi reproduksi berbantu atau perlu dilakukan tindakan pembedahan sebagai bagian dari program hamil (promil).
Adapun, jika nyeri haid yang hebat disertai dengan rasa nyeri lainnya seperti pada saat berkemih, saat buang air besar, saat berhubungan seksual, dan nyeri pada bagian panggul, maka ini bisa jadi merupakan tanda-tanda perlu dilakukannya pemeriksaan endometriosis.
Akhir kata, dr. Ferry meyakinkan perempuan untuk tak perlu merasa khawatir akan langsung mendapat tindakan pembedahan ketika memeriksakan endometriosis ke dokter kandungan.
Sebab, perawatan endometriosis tak selalu dilakukan dengan cara pembedahan, justru dokter akan mengusahakan agar tindak pembedahan tidak perlu dilakukan, tentunya sesuai dengan derajat keparahannya.
(*)