Meski bukan yang pertama, Chanel turut berkontribusi mengubah status perempuan menjadi lebih berkelas melalui pakaian.
1960-an: Rok Mini
Sebelumnya, perempuan yang bermartabat kerap dinilai dari cara berpakaian yang anggun, tidak lebih pendek dari lutut.
Namun pada tahun 60-an, banyak perempuan yang pada akhirnya memberontak dengan tuntutan sosial dari masyarakat terhadap bagaimana mereka berpakaian.
Salah satunya seperti yang dilakukan oleh desainer Mary Quant, yang menjadi pelopor dengan mendesain rok mini.
Menurut Quant, perempuan-perempuan di daerah King's Road lah yang memulai pemberontakkan dengan mengenakan rok mini.
Sejalan dengan itu, menurut Deirdre Clemente, sejarawan mode Amerika, mengatakan bahwa pada era tersebut, mengenakan rok mini seakan-akan menghidupi jati diri perempuan yang bebas.
Baca Juga: 5 Fashion Item Wajib dalam Y2K Fashion, Ada Rok Mini sampai Kardigan!
1970-an: Wrap Dress
Pada tahun 1974, sosialita Diane von Furstenberg mendesain wrap dress yang terinspirasi dari desain McCardell dan Schiaparelli.
Wrap dress adalah gaun dengan bukaan depan yang dibentuk dengan cara melilitkan satu sisi ke sisi yang lain, serta mengikat ikatan yang melingkari bagian belakang di pinggang, tanpa kancing maupun ritsleting.
Wrap dress ini pun kemudian memadukan style pekerja kantoran namun dengan gaya cocktail yang meriah.
Fashion item ini pun dilihat sebagai simbol kebebasan seksual dan liberasi perempuan, karena dapat dipakai ke kantor dengan mudah atau bahkan untuk tidur, tanpa ada kancing maupun ritsleting.
Furstenberg pun makin mengukuhkan gagasan bahwa perempuan bebas dengan perannya di tempat kerja maupun kamar tidur.
Itu dia bukti fashion bukan hanya dipakai untuk menunjang penampilan agar terlihat lebih modis, tapi juga digunakan sebagai alat feminis untuk menggaungkan kesetaraan gender.
(*)
Baca Juga: Stylish! Ini 5 Inspirasi Gaya Pakai Dress untuk Perempuan Plus Size