Pandangan negatif hingga perundungan yang dialami oleh Zsazsa akibat kondisi vitiligo yang diidapnya ternyata turut memengaruhi kesehatan mentalnya.
"Ini memengaruhi mental aku banget. Aku punya social anxiety dan sempet depresi karena vitiligo," ujar perempuan berusia 27 tahun itu.
Hal ini karena perasaan sendiri ketika harus menghadapi berbagai tantangan dari masyarakat. "Aku merasa sendiri. Enggak ada orang yang bisa pahamin aku, enggak ada yang sama kaya aku, aku ngerasa beda dari orang lain," ujarnya.
Turning Point Penerimaan Diri
Diceritakan oleh Zsazsa, bahwa sebenarnya orang tuanya telah berupaya untuk meningkatkan rasa percaya dirinya dengan mengatakan bahwa vitiligonya adalah hal yang normal dan cantik, yang membuatnya unik.
Namun tentu, bukan hal yang mudah baginya untuk bisa mengubah keadaan seperti membalikkan telapak tangan.
"Dari diri aku sendiri tuh berpikirnya, kalian enggak ngerasain apa yang aku rasain. Yang mana aku sempat mengisolasi diri sendiri dengan sengaja tanpa aku sadari," ujarnya.
Hingga suatu hari, komentar dari seorang temannya lah yang membuat Zsazsa sontak tersadarkan. "Ia (temannya) bilang, 'bukannya vitiligo ini yang bikin Zsazsa jadi Zsazsa yah?'. Itu ketampar banget, kayak selama ini langsung berpikir 'selama ini aku jadi siapa?'," kenangnya.
Baca Juga: Ini Cara Sarra Tobing, Zsazsa dan Mimashafa Menghadapi Standar Kecantikan Semu