Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Dengan demikian, pemerintah Inggris menjamin anak untuk mendapatkan pendidikan di manapun dan kalaupun tidak bisa memperolehnya di sekolah, mereka harus tetap mendapatkannya di rumah.
Dapat dikatakan bahwa pemerintah Inggris sangat memperhatikan nasib anak-anak sekolah dan senantiasa memastikan bahwa mereka mendapat pendidikan.
Selain itu, pemerintah Inggris juga menjamin secara ketat keamanan mereka, tidak hanya dari ancaman kekerasan di luar rumah, tapi juga dari dalam rumah mereka sendiri.
Misalnya, anak saya sendiri pernah mengalami luka karena tidak sengaja tergores pintu di rumah saat berlari-larian. Besoknya, saya ditelepon pihak sekolah yang menanyakan asal muasal luka pada anak saya ini.
Saya kaget, tentu saja, tapi sekaligus kagum dengan bagaimana pihak sekolah benar-benar memperhatikan anak saya (dan seluruh anak lainnya).
Hal ini merupakan bentuk kepedulian mereka dalam mencegah dan mengatasi kekerasan dalam keluarga.
Baca Juga: 1 Juni Hari Anak Internasional atau Tepatnya Hari Perlindungan Anak Internasional, Ini Sejarahnya
Kondisi di Indonesia
Kondisi pendidikan dan perlindungan bagi anak Indonesia tidak bisa dikatakan jauh tertinggal dibandingkan Inggris.
Kita punya program wajib belajar 12 tahun, kita juga punya komisi perlindungan anak yang bertugas menjamin hak-hak anak termasuk pendidikan dan rasa aman.
Namun hal yang dapat dikatakan berbeda adalah keketatan pengawasannya.
Di Inggris, yang saya rasakan, pemerintahnya benar-benar berkomitmen untuk mengimplementasikan program-programnya dengan sangat serius hingga menerapkan hukuman tertentu jika ternyata diabaikan.
Tentu saya di sini tidak melulu menyalahkan pemerintah kita dalam melakukan pengawasan.
Terdapat masalah yang begitu kompleks di Indonesia, sehingga tidak bisa menyalahkan satu pihak saja.
Misalnya, masalah ekonomi yang belum merata, sehingga banyak sekolah, meskipun sekolah negeri, masih memungut biaya dari siswa-siswinya.
Baca Juga: Ajari Anak Menulis Buku Harian, Ada Manfaat Tak Terduga untuk Kesehatan Mentalnya
Meski harganya relatif murah, tetap saja ada keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah yang tidak sanggup untuk membayarnya. Terlebih lagi, fasilitas transportasi umum di Indonesia belum bisa sepenuhnya digratiskan.
Kita memang mesti mencontoh pada Inggris dalam hal penerapan sistem pendidikan dan perlindungan pada anak yang memperlihatkan kehadiran negara secara total.
Namun kita juga sebaiknya jangan abai terhadap situasi struktural yang kompleks dan masih perlu diatasi bersama-sama.
Hanya dengan saling berkolaborasi dan menguatkan antara berbagai pihak, termasuk para ibu dan komunitas perempuan dalam menyuarakan aspirasi terkait pendidikan anak, kita akan dapat membuat nasib anak-anak kita jauh lebih baik demi masa depan mereka. (*)