Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Karenanya, “operasi” bahasa sering mengaitkan kata tertentu dengan perempuan.
Bukan karena perempuan memang demikian adanya, namun demi tujuan tertentu dibahasakan seperti itu. Bahasa tak terbukti netral, juga terhadap gender.
Kenyataan bahasa yang tidak netral terhadap gender, diungkap oleh Sonia Nieto, 2016, dalam artikelnya “Language is Never Neutral”.
Nieto adalah guru besar emeritus di Bidang Bahasa, Sastra dan Budaya pada Fakultas Pendidikan di Universitas Massachusetts, Amerika Serikat.
Dalam artikelnya itu Nieto menguraikan, bahasa merupakan perwujudkan dan cerminan hubungan kekuasaan tertentu, berikut realitas sosiopolitiknya.
Artikel Nieto yang ditulis sebagai sambutan terhadap penerbitan buku koleganya, Jen McCreight, yang berjudul “Celebrating Diversity Through Language Study”, menekankan guru yang memahami “operasi” bahasa, dapat mengajak para siswanya untuk melepaskan kekakuan bahasa, serta mampu menggunakannya pada konteks yang berbeda-beda.
Termasuk dalam menggambarkan keragaman akibat perbedaan gender.
Dari ketidaknetralan itu, kemudian dapat dipahami adanya operasi bahasa yang dilekatkan pada gender tertentu.
Baca Juga: 4 Kesenjangan Gender yang Dialami Perempuan dalam Dunia Kerja
“Operasi” yang menciptakan relasi tak imbang antara laki-laki dengan perempuan. Satu gender dianggap lebih rendah dari lainnya.