Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Kandungannya berupa pernyataan terhadap hal-hal tertentu, namun isinya tak jarang mengelabui. Tak mengungkap yang sebenarnya.
Mitos juga hadir berupa penjelasan yang belum teruji kebenarannya. Bahkan memang tak mengandung kebenaran sama sekali.
Mitos jenis kedua ini menyangkut kejadian-kejadian masa lampau, saat ilmu pengetahuan belum berkembang seperti hari ini.
Mitos tentang gempa bumi, gerhana bulan, atau atlas yang menopang alam semesta. Yunani adalah gudangnya mitos masa lampau.
Tentang mitos, Jessica Mellenthin dan Susan O. Shapiro, 2017, menjelaskan gamblang lewat buku yang ditulisnya, Mythology Unbound: An Online Textbook for Classical Mythology.
Menurut keduanya, mitos adalah cerita yang tidak benar atau desas-desus palsu. Bangsa Yunani menggunakan mitos sebagai penjelasan rasional yang bersifat analitis.
Baca Juga: Sutradara Fajar Nugros Angkat Mitos Rebo Wekasan dalam Film Horor Inang
Jenis mitos, lanjut Mellenthin dan Shapiro, sedikitnya ada 3 macam: mitos etiologis, mitos sejarah, dan mitos psikologis.
Mitos tentang kemalasan menulis dan menyembunyikannya dalam istilah canggih seperti di atas, tergolong mitos psikologis. Mengalami gangguan mental tertentu, tapi enggan mengakuinya.
Roland Barthes, esais Perancis, dalam bukunya berjudul Mythologies yang terbit perdana tahun 1957, menyebut mitos sebagai produk budaya manusia yang tak terjadi apa adanya.