Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Jejak digital tidak bisa hilang, sehingga korban perundungan akan selalu menemukan ‘peninggalan’ terkait perundungan dirinya dalam arsip digital.
Arsip digital ini pun malah bisa diakses oleh pengguna internet lain dalam skala jejaring global, sehingga kemungkinan perundungan akan semakin besar dengan bertambahnya jumlah partisipasi perundung yang terlibat.
Oleh karena akses digital tak pernah berhenti 24/7, kegiatan merundung akan terus berlanjut.
Baca Juga: Waspada! Ini Dampak Jangka Panjang Bullying pada Korban dan Pelaku
Tak peduli si perundung mengomentari hal tersebut di malam hari atau menjelang subuh. Sudah pasti tekanan yang diterima oleh korban tak usai-usai.
Cerita Zoe yang terjadi di Singapura dapat mengundang perundung dari negara lain seperti China, Australia, Indonesia, dan lainnya.
TikTok yang menjadi platform Zoe dalam membagikan postingan tentang luxury goods juga digunakan oleh pengguna internet di belahan dunia lainnya.
Maka dari itu perundungan tidak akan pernah berhenti ketika perundung terus berdatangan dari penjuru negara di dunia.
Baca Juga: Mengenal 3 Fitur Baru Instagram yang Lindungi Pengguna dari Komentar Negatif