Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Parapuan.co - Ini pembahasan soal perempuan yang tak kunjung berposisi setara dengan laki-laki.
Terjadi di dunia yang sepenuhnya diterjemahkan oleh laki-laki, dibangun untuk laki-laki.
Sejak tahun 1980-an, dalam realitasnya perempuan sudah banyak yang meraih posisi tinggi di berbagai aktivitas. Juga ketika diharuskan bersaing dengan laki-laki. Namun sayangnya jumlahnya masih minim.
Jika dinyatakan dalam angka, ada di kisaran 2,00-2,5% dari seluruh posisi yang tersedia. Tak beranjak tembus ke angka 3,00%.
Penyebab itu semua adalah kelemahan sistem yang tersedia. Seluruhnya terlalu berpihak pada laki-laki. Dunia dibangun oleh dan untuk laki-laki.
Baca Juga: RUU KIA Perlu Dikaji Lebih Dalam, Dinilai Turunkan Daya Saing Perempuan di Dunia Kerja
Laki-laki yang menghendaki dirinya harus memerintah, senantiasa ingin ada di posisi puncak ruang publik. Sementara perempuan harus tinggal di rumah.
Terjadi kesenjangan gender yang mudah disaksikan di berbagai belahan dunia. Yang menjangkiti arena kehidupan pribadi, hingga urusan profesional perempuan.
Jika tema ini masih dibicarakan dan perlu ditata ulang konfigurasinya, bukan lantaran kehendak kuasa yang dituntut perempuan.
Walaupun kekuasaan memang lekat dengan alokasi nilai ekonomi, memberi keleluasaan membuat keputusan sendiri, maupun mewujudkan keutuhan eksistensi diri.